Kuliah Umum Denny JA di Hari Sumpah Pemuda, Bicara soal Bahaya AI dan Hoaks di Pilpres 2024

Sabtu, 28 Oktober 2023 – 17:36 WIB
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny J.A saat memberi kuliah umum di Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). Foto: dok LSI

jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny J.A memberikan kuliah umum di depan mahasiswa Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) bertema “Siapa Presiden Indonesia Berikutnya? Memahami Pilpres 2024 Melalui Prinsip Marketing Politik", di kantor LSI Denny JA, Jakarta, Sabtu (28/10).

Dalam kuliah umumnya, Denny JA menyoroti video Presiden Jokowi yang fasih berbahasa Mandarin yang dijadikan konten hoaks yang difabrikasi oleh deepfake technology.

BACA JUGA: Denny JA: Isu Gibran Dinasti Politik Akan Basi

Denny J.A mengutip Reuters News bahwa sepanjang 2023 di seluruh dunia, sudah beredar 500.000 video dan audio yang dipalsukan.

Tidak hanya di Indonesia, bahkan juga fenomena Pilpres di AS, publik khawatir bahwa AI makin mudah dijangkau dan diakses penggunaannya untuk membantu memfabrikasi video dan materi palsu.

BACA JUGA: Denny JA: Apa Salahnya Capres-Cawapres Usia di Bawah 40 Tahun?

"Menurut riset yang dilakukan, publik awam banyak yang tidak bisa membedakan mana video asli dan mana video yang palsu, karena mereka menggunakan suara yang sama, wajah dan muka mimik yang sama dengan tokoh tersebut. Yang diubah hanyalah gerak bibir dan pesan yang dipalsukan," katanya.

Denny J.A mengatakan video Jokowi yang dipalsukan, itu hanyalah awal dari video-video palsu yang akan beredar. Betapa di era ini kita melihat, artificial intelligence (AI) membuat hoaks semakin canggih dan makin mengelabui.

BACA JUGA: Denny JA: Politikus Harus Lebih Rileks Menilai Survei Pilpres

Oleh karena itu, sambungnya, penting untuk memberikan panduan kepada publik luas bagaimana cara agar tidak mudah tertipu dengan hoaks. Dia kemudian memberikan tips agar terhindar dari hoaks.

"Selalu hanya berpegang dan menyebarkan berita dari sumber media yang kredibel. Umumnya media-media besar yang punya reputasi panjang. Mereka lebih memiliki filter dalam membedakan mana fenomena yang hoaks dan mana yang fakta," katanya.

Menurutnya, publik perlu perbanyak sumber-sumber cek fakta. Dia menyarankan setiap media besar dan pemerintah sudah sewajarnya memiliki rubrik cek fakta yang makin aktif untuk ikut menyaring berita-berita hot dan viral di publik.

"Umumnya hoaks beredar di kalangan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan WhatsApp. Selayaknya para penanggungjawab platform-platform tersebut juga mencari cara kerja sama dengan Lembaga cek fakta untuk ikut menyaring hoaks," sambung Denny.

Kuliah umum ini dikerjakan LSI Denny JA dengan Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dan Kuncie, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Executive Education: Mini MBA Political Marketing.

Selain topik mengenai AI, Denny J.A juga membaca isu-isu penting pilpres ini dalam kerangka teori yangd ia ciptakan dan tulis sendiri dalam bukunya yang berjudul “Membangun Legacy, 10 P untuk Marketing Politik: Teori dan Praktik.”

Sesi guest lecturer dalam kuliah umum tersebut juga diisi oleh Sunarto Ciptoharjono, sebagai Ketua Umum Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI).

Dalam sesinya, Sunarto menjelaskan bahwa lembaga survei adalah anak kandung demokrasi karena merekam suara rakyat dari waktu ke waktu.

Namun, publik perlu memiliki panduan untuk memisahkan mana lembaga survei yang kredibel dan mana yang buruk.

Program Mini MBA Political Marketing ini adalah program pertama dan satu-satunya yang memberikan materi komprehensif, tidak hanya dari teori tetapi juga implementasinya dalam isu-isu politik yang aktual. (flo/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler