Kulit Pisang Diolah Menjadi Obat Kolesterol dan Jantung

Rabu, 16 Juli 2014 – 07:30 WIB

JANGAN meremehkan kulit pisang. Setelah diolah, ternyata kulit pisang bisa menjadi obat kolesterol darah dan jantung koroner. Itulah hasil riset tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP Unibraw), Malang, Jawa Timur. Seperti apa prosesnya?
---------------- --
Dari kulit pisang itu ada zat yang ternyata berpotensi menurunkan kadar kolesterol darah dan jantung koroner. Adalah Lukman Azis (21), Nisa Alfilasari (20) dan Clara Arha (20) yang mengolah limbah kulit pisang itu dan mengekstrak zatnya.

"Ada kandungan zat pektin yang kami ekstrak untuk obat kolesterol dan jantung koroner," ujar Lukman Azis, pemimpin tim penelitian ini saat berbincang Selasa (15/7).

BACA JUGA: Ini Dia Manfaat Lain dari Probiotik

Zat pektin itu akan dibuat dalam bentuk marshmallow alias permen kenyal yang mereka buat sendiri. Ada beberapa pertimbangan mengapa mereka mengambil kulit pisang sebagai bahan penelitian untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) yang diadakan Ditjen Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud itu.

Pertama, limbah kulit pisang selama ini banyak terbuang percuma padahal di dalam kulit pisang itu terdapat zat yang bermanfaat.

BACA JUGA: Stres Bisa Memicu Nafsu Makan Berlebihan

"Indonesia penghasil pisang nomor 7 di dunia, tapi nomor 1 untuk produktivitas pisang. Di semua kepulauan di Indonesia terdapat industri pengolahan pisang. Limbah tersebut kulit pisangnya, itu tidak termanfaatkan selama ini. Ada senyawa alami yang mampu menurunkan kadar kolesterol penderita penyakit jantung koroner, itu tadi senyawa pektin," tutur Lukman.

Mulailah sejak Februari 2014 lalu, Lukman dan kawan-kawan memunguti limbah-limbah kulit pisang dari tukang-tukang gorengan di sekitar kampusnya, hingga berburu limbah kulit pisang ke kawasan industri pengolahan pisang yang banyak terdapat di kawasan Batu, Malang.

BACA JUGA: Kenali Merek Makanan Cepat Saji Anak-anak Jadi Gemuk

Mereka mengekstrak kulit pisang untuk mengambil zat pektinnya. Kemudian mewujudkan zat pektin itu ke dalam permen kenyal. Proses ini memakan waktu 1 bulan.

Bulan-bulan selanjutnya, mengujicobakan marshmallow berpektin itu pada tikus percobaan yang kolesterolnya sudah dibuat tinggi hingga menderita jantung koroner. Mereka mengamat-amati efek marshmallow berpektin pada tikus-tikus itu.

"Saat diujikan, ternyata mampu menurunkan kolesterol. Dosis pada tikus itu akan dikonversikan ke dosis manusia," jelas Lukman.

Dia mengakui produk akhir yang berkategori sebagai obat itu belum diujikan ke manusia. Namun dia mengatakan mulai dari bahan baku hingga prosesnya melibatkan bahan baku alami, tidak ada bahan kimia.

Dalam prosesnya, kulit pisang itu diolah sebagai tepung, dicampur senyawa asam dari jeruk hingga menghasilkan ekstrak pektin yang kemudian dibuat menjadi marshmallow.

"Biaya penelitiannya total Rp 11 juta. Sampai sekarang masih berlangsung," kata Lukman.

Ekstrak pektin dari kulit pisang ini dinilai lebih murah dibandingkan ekstrak pektin yang dihasilkan industri. Sebagai perbandingan, pektin di pasaran seharga Rp 1 juta per gram. Sedangkan untuk mengekstrak pektin dari kulit pisang bisa menekan harga Rp 12 ribu per gram.

Tiap 3,5 kg limbah kulit pisang, bisa menghasilkan 500 gram tepung pisang. Tiap 25 gram tepung pisang bisa menghasilkan 4-5 gram pektin.

"Pektin di Indonesia itu masih impor dari luar. Selama ini ada ekstrak pektin dari jeruk, apel dan buah yang mahal-mahal seperti itu. Selama ini pektin buat tambahan pangan," tuturnya.

Hasil dari penelitian di bawah bimbingan dosen Nur Ida Panca STP, MP ini akan dinilai Ditjen Dikti yang pemenangnya akan diumumkan Agustus 2014 nanti. Penelitian ini diakui Lukman merupakan penelitian lanjutan dari penelitiannya yang menang dalam lomba penelitian yang digelar USAID 2012 lalu. Saat itu Lukman meneliti senyawa pektin dari kulit pisang yang mampu menurunkan tingkat stres dari manusia.

Kini penemuan Lukman dkk itu sedang dalam proses mendapatkan hak paten melalui Lembaga Penelitian Unibraw. Lukman dibantu dosen dan pihak kampus tidak menutup kemungkinan memproduksi permen kenyal berpektin dalam skala industri yang massal.

"Produk kami ini akan diteliti lebih lanjut dan diujicobakan pada penyakit yang lain, seperti diabetes tipe 2, menurunkan berat badan juga bisa. Banyak sekali, masih dalam penelitian," tuturnya. (JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Dia Alasan Mengapa Orang Kecanduan Berjemur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler