Kumpul Keluarga, Obat Stres Paling Manjur

Senin, 19 September 2011 – 12:23 WIB

MENJADI Menko Perekonomian, sekaligus ad interim–Meneg BUMN dan ESDM—pekan ini, mem buat waktu dan konsentrasinya betul-betul terkurasJatah bercengkerama dengan keluarga amat tipis

BACA JUGA: Jadikan Indonesia Kekuatan Ekonomi Terbesar Kelima

Padahal, itulah obat lelah lahir batin paling mujarab buat Hatta.

Berikut wawancara INDOPOS dengan tokoh berambut khas itu.

Malam Pak Hatta, akhirnya ketemu juga? Setelah lebih dari 5 kali gagal appointment?

Iya nih
Baru terasa, 24 jam sehari saja tidak cukup waktu! Perekonomian negeri ini butuh perhatian super dan ekstra serius

BACA JUGA: Harga BBM Tidak Akan Naik

Fenomena sekecil apapun, kalau berdampak signifikan terhadap laju roda ekonomi, tak boleh ditunda sam pai besok
Harus tuntas hari ini, sekalipun harus overtime

BACA JUGA: Genjot Perdagangan dengan Vietnam

Jadi, harap maklum, pekan ini juga merangkap pekerjaan Kementerian ESDM dan BUMN, sehingga sering batal bertemu.

Waktu dengan keluarga juga jadi amat minim dong?

Pasti ituBerkumpul, bercengkerama dan berkomunikasi dengan keluarga itu obat lelah paling manjurObat stres setelah memikirkan situasi perekonomian negeri iniTapi, itu sudah konsekuensi yang harus kami jalani dengan ikhlas, tulus dan senang hati.

Makanya, pakai voorijder dong Pak? Biar bisa berhemat waktu di jalan?

Itu yang saya masih sulitSaya memilih berangkat lebih pagi, dan rela sampai rumah lebih larutSaya biasa terjebak macetSaya hindari kesan seperti warga eksklusif, yang ke mana-mana dikawal nguing-nguingPemimpin itu kan hanya dinaikkan seranting, dan dimajukan selangkah sajaHarus memberi contoh berantre, sabar-sopan di jalanan, tidak menang sendiri, dan tidak menjengkelkan sesama pengguna jalan lain.

Oke Pak Hatta, bagaimana mengawal negeri ini yang masih rentan krisis ekonomi global?

Walaupun fundamental ekonomi kita baik, dan krisis ekonomi yang menimpa AS dan Eropa tidak langsung berdampak ke kita, tetapi kita harus tetap mewaspadaiJika Tiongkok terkena dampak krisis itu, maka rembetan krisis itu berpotensi menimpa IndonesiaSaya kok masih yakin, situasi ini tidak akan lebih buruk dari tahun 2008Tetapi kita harus waspadai segala kemungkinan yang terjadiBelajar dari pengalaman di tahun 2008, kita ini sesungguhnya semakin siapKala itu, presiden mengeluarkan 10 tindakan aksi untuk mengantisipasi krisis yang terus memburukLangkah-langkah itu pun masih relevan dalam situasi sekarang.

Teknisnya?

Ketika Eropa dan AS terus mabuk, pemerintah RI tetap menjaga momentum pertumbuhanEkspor dijaga dengan cara diversifikasi negara tujuanKetika ekspor terganggu karena negara tujuan mengalami krisis, pemerintah memutar lebih kencang mesin-mesin produksi di dalam negeri tetap beroperasi dan tidak mengurangi tenaga kerjaTidak boleh ada pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dalam kondisi krisis kita harus memperkuat pasar dalam negeri.

Tapi pasar dalam negeri kan juga crowded?

Memang, harus diakui, masih ada kendala di pasar dalam negeriPerlu dilakukan efisiensi tata niaga dalam negeri, mengurangi disparitas harga antar pulau dan antar provinsiHarus segera membangun dan memperbaiki infrastruktur, ketersambungan daerah dan antar pulau dan moda transportasiPemberlakuan peraturan daerah soal pungutan juga harus dihapuskan.

Bagaimana agar melewati ancaman badai “krisis” itu tidak membuat pengusaha panik?

Kita punya dana cadangan untuk mengamankan stabilitas ekonomi apabila krisis kian mencengkeramKita punya instrumen baik mengamankan pasar uang, stabilisasi pasar uang, BI juga memiliki manajemen krisis protokol Jadi, sekalipun Indonesia belum memiliki Undang-undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), tetapi sudah ada nota kesepahaman (MoU) antara BI dan pemerintah untuk pertukaran informasi secepat mungkinJika terjadi krisis, pemerintah dan BI akan saling memberikan informasi, koordinasi, lalu memberikan respons.(dri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Maksimal Awasi BBM Subsidi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler