Kumpulan Para Bapak Ini Siap Sikat Prostitusi di Warung Remang - Remang

Minggu, 20 Januari 2019 – 22:15 WIB
Ilustrasi prostitusi. Foto: AFP

jpnn.com, SURABAYA - Pernah menjadi salah satu pusat lokalisasi kelas bawah di Surabaya membuat warga Tambak Asri trauma.

Mereka tidak mau lagi hidup dalam lingkungan lampu merah. Begitu melihat adanya gejala prostitusi, mereka langsung bereaksi. Bentuknya posko pantau lokalisasi.

BACA JUGA: Jalanan Gelap dan Sepi Jadi Tempat Prostitusi

EKO SULISTYONO

---

BACA JUGA: Dua Lapo Tuak di Paluta Dibakar Ratusan Ibu-ibu

KREMIL merupakan salah satu legenda kawasan lampu merah di Surabaya. Bahkan, Suparto Brata sampai membuat novel tentangnya. Mengikuti perkembangan zaman, Kremil resmi ditutup sekitar sepuluh tahun lalu secara bertahap.

Meski begitu, praktik prostitusi belum sepenuhnya hilang. Masih ada orang yang melakukan praktik-praktik prostitusi secara terselubung.

BACA JUGA: Warung Remang-remang di Jatisampurna Disegel

''Kami yang ingin kampung bersih mendirikan pos pantau lokalisasi. Ini merupakan hasil kesepakatan antara warga, kepolisian, dan pihak kecamatan,'' kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pos Pantau Lokalisasi Karnoto.

Berdasar pantauan pokja, praktik prostitusi terselubung tersebut tersebar di beberapa titik di wilayah Tambak Asri.

Kebanyakan memiliki modus mendirikan warung kopi giras dan menggunakan pelayan perempuan.

Pokja pos pantau lokalisasi mempelajari hal itu. Mereka memata-matai gerak-gerik warung yang ditengarai menyediakan PSK berkedok pelayan.

Sebanyak 12 anggota yang tergabung dalam kelompok kerja pos pantau lokalisasi tidak bekerja sendiri.

Untuk memudahkan kerja sosial tersebut, pokja pos pantau lokalisasi juga didukung warga lain.

Tugasnya sama, mengintai transaksi praktik prostitusi terselubung di perkampungan Begitu ada transaksi antara PSK dan pelanggan, anggota pokja langsung bergerak menuju sasaran.

Suatu hari sekitar pukul 02.00 anggota pokja memperoleh informasi dari masyarakat bahwa ada PSK dan pelanggan yang bertransaksi.

Karnoto bersama anggota pokja lain mengatur strategi penggerebekan. Mereka memastikan tempat pasangan tersebut berbuat asusila.

Pintu kamar kos yang dihuni pasangan mesum tersebut lalu digedor. Namun, pasangan itu tidak segera membuka kamar.

Karena tidak bisa ditoleransi, Karnoto mendobraknya. Si wanita hanya melongo, sedangkan pelanggannya ketakutan dan sembunyi di bawah kolong ranjang.

''Ada juga pelanggan yang lari setelah tahu kedatangan kami. Mereka lari seperti kesetanan. Cepat sekali,'' tambah Karnoto.

Tidak asal menyergap. Biasanya, anggota pokja memang menunggu sampai PSK dan si pelanggan memasuki sebuah kamar.

Begitu yakin, penyergapan baru dilakukan. Biasanya, pasangan mesum yang kadung tertangkap memiliki beragam alasan.

Misalnya, mereka adalah saudara dekat atau ingin menikahi pasangannya. ''Kalau sudah tertangkap, alasannya macam-macam. Namun, yang paling sering si pelanggan akan menikahi siri si perempuan,'' jelas Karnoto.

Selain itu, ada beberapa yang mokong. Setelah tertangkap, ada PSK yang tidak segera pulang. Dia masih menjajakan diri di wilayah Tambak Asri.

Para pelaku bisnis prostitusi tidak kehabisan akal. Agar bisnis jalan terus, berbagai cara dilakukan. Setelah kena gerebek anggota pokja, muncikari atau PSK biasanya mendatangi rumah Karnoto dengan membawa sejumlah uang.

Mereka bermaksud menyogok kepala pokja pos pantau lokalisasi tersebut. Tujuannya, praktik prostitusi mereka tidak terganggu.

Meski begitu, Karnoto masih komit. Dia tidak mau disogok dengan menggunakan sejumlah uang.

Meski para wanita yang hadir biasanya sambil menggoda sang ketua. Misalnya, ajakan untuk tidur bersama. Gratis.

''Mereka siap membayar pokja Rp 2,5 juta setiap bulan. Wanita yang datang ke saya selalu cantik-cantik. Namun, saya tolak. Sekali salah tetap salah,'' tegas mantan pensiunan TNI-AL tersebut.

Sejak dibentuk pada 17 Desember 2018, pos pantau lokalisasi beberapa kali melakukan operasi tangkap tangan.

Menurut Karnoto, tujuh pasangan mesum sudah ditindak. Berkat usaha warga, hasilnya kini mulai terlihat.

Jumlah prostitusi menurun dibandingkan sebelum pos pantau lokalisasi didirikan.Kapolsek Krembangan Kompol Esti Setija Oetami menyambut baik upaya warga tersebut. (*/c15/ano/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Setor Rp 10 Ribu ke Oknum Satpol PP, Bisnis Prostitusi Aman


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler