Kunci Kemajuan Bangsa ada di Peningkatan SDM Pertanian

Kamis, 15 Juli 2021 – 18:58 WIB
Ilustrasi - Warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Angsana di Kawasan Pengasinan, Depok, Jawa Barat, menanam padi IR 64 dengan konsep hidroganik. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi memaparkan pentingnya peningkatan kapasitas SDM pertanian.

Dedi mengatakan hal tersebut pada pelatihan 'Bertani on Cloud: Sosialisasi Pelatihan Sejuta Petani' yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (15/7).

BACA JUGA: Target Gus Halim Melampaui RPJMN 2020-2024 Soal Daerah Tertinggal

Dedi mencontohkan Jepang, ketika kalah pada Perang Dunia II tahun 1945.

Setelah mengumumkan kekalahannya, Kaisar Hirohito meminta agar para sensei atau guru didata.

BACA JUGA: Roy Suryo Soroti Rencana Pemadaman TV Analog Mulai 17 Agustus ini

"Para guru lalu dikumpulkan, diberikan arahan untuk mendidik anak-anak Jepang agar cepat bangkit dari keterpurukan karena kalah perang."

"Fasilitas diberikan kepada para guru yang bekerja keras dan disiplin menjalankan perintah tersebut,” kata Dedi.

BACA JUGA: Sulit Memastikan Lingkungan Bebas COVID-19, Lakukan 5 Tips Sederhana Biar Tetap Aman

Hasilnya, kata Dedi, pada 1970 Jepang sudah bangkit kembali dan menguasai elektronik dunia.

“Dalam waktu 25 tahun Jepang mampu bangkit. Luar biasa hebat peran guru dalam membangkitkan semangat anak-anak Jepang."

"Belum cukup sampai di situ, pada tahun 1990-an Jepang terus melesat merambah otomotif. Dalam waktu 45 tahun Jepang menjadi negara maju,” katanya.

Dedi juga menyebut alat mesin pertanian (alsintan) mayoritas merupakan produk Jepang.

Dia lantar memaparkan kunci kebangkitan Jepang dengan cepat yang patut untuk diikuti.

“Kuncinya adalah pembangunan SDM, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan," katanya.

Dedi lebih lanjut mengatakan, Indonesia juga memiliki pengalaman peningkatan kapasitas SDM sehingga mampu menjadi negara swasembada pangan.

Pada 1970-an,Indonesia telah mencanangkan program bimbingan massal (Bimas) dan intensifikasi massal melalui Panca Usaha Tani.

“Ada pula program pengendalian hama, pengolahan tanah yang baik, penggunaan varietas unggul, inovasi teknologi pertanian dan lainnya yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani secara masif,” katanya.

Langkah tersebut terbukti jitu.

Produktivitas pertanian yang awalnya hanya 2,6 ton per hektare naik mendekati 3 ton per hektare.

Kemudian, digulirkan lagi pembangunan irigasi dan bendungan di hampir seluruh Indonesia.

Produktivitas kembali naik menjadi 3,5 ton per hektare.

Langkah berikut adalah pembangunan pabrik pupuk di beberapa kota.

“Hasilnya, Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar dunia menjelma menjadi negara swasembada,” papar Dedi.

Beberapa negara kemudian belajar kepada Indonesia.

salah satunya adalah Vietnam.

Dedi menilai kebangkitan SDM adalah faktor pengungkit produktivitas di sektor pertanian.

"Dari pengalaman itu kita tarik kesimpulan jika peningkatan kapasitas SDM adalah faktor pengungkit pertama dan utama Indonesia bisa swasembada pangan,” tuturnya.

Dalam rangka itulah, kata Dedi kemudian, BPPSDMP menyelenggarakan program 'Pelatihan Sejuta Petani'.

“Akan digenjot SDM pertanian. Kami akan memberikan pelatihan bagi satu juta petani di seluruh pelosok Tanah Air melalui online,” kata Dedi.(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler