Sulit Memastikan Lingkungan Bebas COVID-19, Lakukan 5 Tips Sederhana Biar Tetap Aman

Kamis, 15 Juli 2021 – 13:45 WIB
Ilustrasi: Penumpang mengantre dengan menjaga jarak di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Senin (15/6). Foto : Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Laura Navinka Yamani menyatakan saat ini sulit memastikan sebuah lingkungan tetap aman dari COVID-19.

Pasalnya, banyak yang terpapar tanpa gejala atau disebut orang tanpa gejala (OTG).

BACA JUGA: Anak Demam Setelah Vaksin COVID-19? Jangan Panik, Begini Penanganannya

Kemudian, sulit mengidentifikasi siapa saja yang pernah kontak dengan pasien positif COVID-19.

Karena itu menerapkan protokol kesehatan 5M masih merupakan senjata paling ampuh.

BACA JUGA: Hasil Survei: 91,9 Persen Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Tak Terdeteksi

5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Kelima langkah tersebut sangat penting demi mencegah seseorang terpapar COVID-19 suatu hari nanti.

BACA JUGA: Kapan Kasus COVID-19 Turun? Begini Prediksi Peneliti UI

"Jadi 5M ini sebagai salah satu upaya juga yang bisa dilakukan untuk mencegah dari paparan atau kemungkinan terpapar dari COVID-19 dari seseorang yang berada di lingkungan kita," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (14/7).

Laura juga menyarankan untuk menjalani tes PCR yang menjadi standar diagnosis penyakit akibat virus corona itu.

PCR merupakan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Sementara rapid test antigen, sebenarnya hanya untuk skrining.

Dokter spesialis mikrobiologi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,Ratna Kusumawati mengatakan tes ini berbiaya lebih murah, tetapi tidak digunakan untuk diagnosis.

Jenis tes lainnya, rapid test antibodi dan tes serologi yang digunakan untuk survei antibodi dan penelitian epidemiologi.

Rapid test antibodi bahkan saat ini tidak digunakan dan dianjurkan oleh WHO ataupun CDC untuk diagnostik COVID-19.

"Nah kalau serologi itu untuk menentukan donor plasma konvalesens dan mendukung diagnosis COVID-19 di kondisi tertentu," tutur Ratna.

PCR bisa dilakukan kapan saja, tetapi makin jauh dari waktu terinfeksi maka risiko false negatifnya meningkat.

Rapid test antigen dapat dilakukan sebelum bergejala hingga 1-2 minggu pasca gejala.

Sementara rapid tes antibodi dan tes serologi bisa setelah 8-12 hari setelah gejala atau 15-20 hari setelah terinfeksi.

Tetapi, sekali lagi, kedua tes ini hanya untuk kebutuhan khusus saja.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler