jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengunjungi Museum Gajah di Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11). Di museum ini, Hasto melihat benda-benda bersejarah sekaligus mengenang pengabdian Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menjadi relawan.
Hasto mengawali kunjungannya itu dengan melihat sejumlah ornamen dan arca di lantai satu museum. Politikus asal Yogyakarta ini datang ke museum bersama awak media yang mengikuti sejak pagi dalam rangka peresmian Kantor DPC PDIP Purwakarta, mengunjungi Pengrajin Simping Home Industri dan santap siang di Rumah Makan Sate Maranggi Haji Yetty.
BACA JUGA: Kunjungi UMKM Semprong, Hasto Ajak Peduli Kuliner Lokal
Tiba di museum, Hasto langsung disambut oleh pemandu Aep Saefullah. Hasto kemudian diajak berkeliling di lantai dasar yang mayoritas benda bersejarah berupa prasasti, arca dan patung.
Sejumlah objek sejarah dikenalkan kepada Hasto, di antaranya Prasasti Cane yang berisi tulisan prasejarah. Kemudian Prasasti Muara Kaman VI. Menurut Aep, prasasti ini membuktikan manusia Indonesia sejak awal abad kelima sudah memiliki seni tulis-menulis. "Ini aksara pallawa bahasa sanskerta. Ini diperkirakan dari Kerajaan Kutai," kata dia.
BACA JUGA: Hasto Kristiyanto Resmikan Kantor DPC PDIP Purwakarta
Selain itu, Hasto juga diajak melihat Arca Dewa-Dewi. Arca itu sendiri memperlihatkan sejoli yang mana sang pria menggandeng wanitanya. Keduanya mengenakan aksesoris kemewahan bak keturunan raja. Hasto sendiri yang melihat Arca itu menilai budaya Indonesia sudah tumbuh dengan detail dan mewah sejak lama.
Di lantai satu itu juga Hasto bersama rombongan diperlihatkan kerangka manusia purba. Aep menunjukkan tengkorak dan salah satu tulang paha yang ditemukan oleh ahli anatomi asal Belanda Eugene Dubois yang dinamakannya sebagai Pithecantropus Erectus di Desa Trinil, Solo pada sekitar 1891. "Penemuan itu membuat geger dunia," kata Aep.
BACA JUGA: Respons Hasto PDIP Soal Ahok Jadi Komut Pertamina: Tak Harus Mundur dari Partai
Setelah itu, Hasto pun diajak ke lantai empat. Di tempat ini sejumlah perhiasan purbakala dan artefak yang memiliki detail yang tinggi disimpan. Di lantai ini pula semua pengunjung tidak boleh memotret, berbeda dengan lantai lainnya di museum itu.
Sejumlah artefak dari emas murni tampak menghiasi dinding dan meja utama di lantai empat museum itu. Bahkan ada juga emas berukuran kancing baju yang dianggap sebagai alat transaksi pada masa purbakala. Selain itu, ada juga arca dewi yang bentuknya sangat detail.
Misalnya Mangkuk Ramayana yang diperkirakan dibuat oleh Kerajaan Mataram Kuno sekitar awal abad kesepuluh. Mangkuk yang terbuat dari emas murni itu ditemukan di Desa Wonoboyo, Klaten pada 1990. Menurut Aep, pembuatan mangkuk ini menggunakan teknik yang sangat sulit dan sangat detail. Tanpak mangkuk itu berlekuk enam, berhiaskan relief Ramayana.
"Pembuatannya sangat halus dan indah sehingga mangkuk ini merupakan benda paling indah. Relief ini dibuat dengan teknik solder dan teknik tempa mengambil sistem tempa dari sisi dalam," kata Aep.
Menutup kunjungannya, Hasto mengaku sengaja datang ke Museum Gajah sebagai pengingat keberadaan Indonesia bisa sampai saat ini. Selain itu, yang utama yaitu merefleksi perjalanan Megawati Soekarnoputri yang pernah menjadi sukarelawan di museum ini. Megawati di museum ini pernah menjaga benda-benda bersejarah itu sampai mengepel museum.
"Ketika Ibu Megawati menjadi relawan di museum ini, khusus merawat keramik dan ibu bercerita bahwa inilah akar sejarah peradaban kita. Begitu banyak bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan kejayaan bangsa ini pada abad tujuh, delapan hingga 14, sebelum kolonialisme datang dan kemudian merusak seluruh tatanan kebudayaan kita," kata Hasto.
Hasto juga menegaskan bahwa PDIP mengutamakan sejarah dan kebudayaan dalam menjalankan haluan negara. Rekam jejak negara selalu menjadi acuan utama agar Indonesia kembali jaya seperti masa lalu.
"Kita bangsa pada abad ketujuh dengan teknologi yang begitu maju dengan filsafat darma yang menunjukkan inilah keindonesiaan kita yang seharusnya kita bangga. Sebagai bangsa besar dan bersama Pak Jokowi kami meyakini kita bisa mencapai kejayaan Indonesia Raya," tegas Hasto. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga