Kunjungi Museum Prabu Siliwangi, Ketum AMI Ingin Pemerintahan Baru Lestarikan Seni Budaya

Sabtu, 20 Juli 2024 – 18:29 WIB
Ketum AMI Putu Supadma Rudana di Museum Prabu Siliwangi, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Karang Tengah, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Foto: supplied

jpnn.com - Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana mengunjungi Museum Prabu Siliwangi di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Karang Tengah, Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Putu Rudana yang juga wakil ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI hadir memenuhi undangan dari Pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana.

BACA JUGA: Putu Rudana Minta Pemerintah Perhatikan Lembaga Pendidikan Seni Budaya

Dalam pertemuan itu mereka membahas berbagai isu yang intinya ingin mewujudkan adanya payung hukum untuk melindungi segala pusaka atau warisan budaya bangsa dari para leluhur sejak zaman dahulu.

Dalam paparannya, Putu Rudana menyampaikan komitmen untuk mengawal pelestarian seni budaya. Terlebih, dia juga memiliki Museum Rudana yang berada di Bali.

BACA JUGA: Menteri Trenggono Diminta Kooperatif dengan KPK

Kemudian, Putu juga menjelaskan tentang Sapta Karsa Permuseuman Indonesia saat didaulat menjadi keynote speech di Museum Prabu Siliwangi tersebut.

“Juga bagaimana perjuangan kita untuk mewujudkan RUU Permuseuman dan  tentang RUU yang berhubungan dengan Omnibus Kebudayaan," ujar Putu Rudana dikutip dari siaran pers, Sabtu (20/7).

BACA JUGA: Jokowi: Setiap Hari, Orang Maki-Maki Presiden Juga Kami Dengar

Dia memandang payung hukum RUU Permuseuman maupun Omnibus Kebudayaan menjadi sangat urgen, karena kemajuan dan kemandirian bangsa secara ekonomi maupun politik harus didukung dengan sejarah dan budaya bangsa.

Oleh karena itu, dia berkomitmen mewujudkan lahirnya UU Cagar Budaya dan UU Pemajuan Kebudayaan.

Putu Rudana mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mampu mengawal memori kultural bangsanya, mengawal sejarah yang begitu besar dan luar biasa.

Dia mencontohkan bahwa di negara lain seperti Jepang, Tiongkok; maupun bangsa-bangsa Eropa maupun Amerika, penghargaan dari negara dan masyarakat begitu tinggi terhadap seni budaya, serta mampu menampilkan dan menarasikannya.

"Sehingga menjadi destinasi pariwisata dan pendidikan yang utama dan pertama. Dan jika berkunjung ke suatu kota atau negara, tentunya museumlah yang dikunjungi pertama," ujar Putu.

Maka dari itu Putu sangat mengapresiasi sosok Ki Fajar Laksana sebagai prakarsa dan founder Museum Prabu Siliwangi di Kota Sukabumi. Dia menilai Ki Fajar merupakan sosok yang sangat luar biasa, aktif, dan visioner.

Di samping seorang profesor, Ki Fajar juga ahli marketing dan sekaligus tokoh spiritual masyarakat yang disegani di wilayahnya, serta memiliki pondok pesantren dan juga mengoleksi berbagai karya warisan bangsa khususnya budaya dan sejarah sunda.

"Saya lihat secara langsung, bagaimana pelestarian kebudayaan Sunda itu betul-betul menjadi hidup di pondok pesantren dan Museum Prabu Siliwangi. Anak-anak muda berkesenian, ada pencak silat, seni berhubungan dengan budaya Sunda," tuturnya.

Pada kesempatan itu, Putu juga menerima gelar Ki Jaga Waruka Sakabumi dari Ki Fajar Laksana. Gelar itu bermakna sosok/figur atau tokoh yang memiliki kepedulian tinggi sebagai pengawal warisan bangsa, dan pusaka luhur nusantara.

Legislator asal Bali itu juga terharu dan mengapresiasi komitmen Ki Fajar Laksana karena mendoakan dan turut mengawal di barisan terdepan perjuangan dan pengabdian AMI.

Selain itu, Ki Fajar juga mendukung Putu selaku ketua umum AMI untuk memperjuangkan segala kearifan lokal bangsa yang adiluhung.

Sebagai ketum AMI, Putu juga mendorong political will dan komitmen pemerintahan baru nanti dalam mendukung pelestarian seni budaya dan warisan luhur nusantara melalui museum.

"Indonesia dengan kekayaan khazanah seni budaya dan keragaman flora fauna serta perjalanan dari masa prasejarah, kerajaan, kemerdekaan, dan juga mengisi kemerdekaan hingga saat ini, seyogianya bisa menjadi negeri sejuta museum. Jas Merah, jangan pernah melupakan sejarah," kata Putu Rudana.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler