jpnn.com - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mendorong pemerintah memberi perhatian setara kepada lembaga pendidikan seni dan budaya di Indonesia.
Menurut Putu, perhatian pemerintah kepada lembaga pendidikan seni dan budaya masih jauh dibandingkan sains dan bidang ilmu lainnya.
BACA JUGA: Putu Rudana Menilai Kerja Sama dengan OceanX Jadi Ajang Promosi Pariwisata Bawah Laut RI
Putu menyampaikan itu saat kegiatan BKSAP Day ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada Rabu (10/7) lalu. Dia juga menyinggung sejarah ISI yang didirikan era Presiden Soekarno (Bung Karno) yang dahulu bernama Asri atau Asti.
“Asri itu Akademi Seni Rupa Indonesia. Kalau Asti itu Akademi Seni Tari Indonesia. Cikal bakalnya (ISI, red) memang digaungkan, dicanangkan oleh Presiden pertama, Proklamator kita, Bung Karno,” kata Putu Rudana melalui keterangan tertulis pada Minggu (14/7).
BACA JUGA: Gambar Irjen Ahmad Luthfi Bertebaran, Teguh Singgung Potensi Pelanggaran
Legislator asal Bali itu mengatakan Indonesia merupakan negara adikuasa dalam bidang budaya dan hal ini diakui juga oleh lembaga-lembaga besar dunia.
Selain itu, Indonesia memiliki kekayaan yang begitu luar biasa. Bahkan, beberapa dari artefak juga warisan budaya sudah menjadi warisan benda dan tak benda yang diakui dunia melalui UNESCO.
BACA JUGA: Donald Trump Ditembak, Presiden Jokowi Bereaksi Begini
"Pada intinya sebetulnya bagaimana semangat pendidikan itu tidak hanya pendidikan yang berhubungan dengan sains, tetapi juga art/seni menjadi perhatian dan afirmasi penting pada saat Indonesia merdeka," tuturnya.
Dalam kunjungan ke ISI, Putu menyerap aspirasi dari para civitas akademika maupun mahasiswa bahwa mereka merasa dianaktirikan karena sebagai perguruan tinggi yang berhubungan dengan seni budaya.
Misalnya, kata dia, dari sisi APBN bisa dilihat bahwa anggaran yang masuk di perguruan tinggi besar seperti UGM, UI, UNAIR dan kampus lainnya itu jauh lebih tinggi daripada perguruan tinggi seni budaya.
"Aspirasi yang kami dapatkan dalam pertemuan ini, ada istilah dianaktirikan," ucap Putu yang juga anggota Biro Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Keberlanjutan.
Sementara, Putu enilai peran seni dan budaya cukup signifikan. Tidak hanya dalam diplomasi, tetapi lebih kepada bagaimana seni ini dapat memberikan ruang ekspresi dan ruang komunikasi masyarakat dalam berbagai hal.
"Salah satunya membangun ekonomi di lingkungan masyarakat dalam bentuk potensi ekonomi kreatif,” tuturnya.
Putu menyebut bahwa seni juga dibangun untuk diplomasi dengan memberikan masukan, usulan, kritik yang tentu secara konsep lebih elegan.
Oleh karena itu, Putu menyebut parlemen melalui BKSAP ingin menunjukkan komitmen dan perhatian terhadap seni budaya. Terlebih, dirinya sudah menggeluti seni budaya sejak kecil.
"Tentu kami ingin mengembalikan lagi bahwa political will, afirmasi, legislasi, dan anggaran harus diperjuangkan untuk kemajuan seni budaya di Indonesia sebagai jati diri atau jiwa bangsa,” ujar Putu.
Dia menilai Indonesia dengan potensi kekayaan seni budaya yang tak terhingga ini seharusnya memiliki berbagai pusat-pusat kebudayaan dan ruang ekspresi di berbagai tempat, baik seni tari, pertunjukan, seni rupa, seni visual, dan lainnya.
Putu juga berharap kepemimpinan nasional ke depan meningkatkan perhatian terhadap seni dan budaya, termasuk meningkatkan alokasi anggaran bagi lembaga pendidikan bidang kesenian dan kebudayaan.
"Kita sebenarnya iri juga melihat anggaran negara lain, misalnya institusi pendidikan yang begitu besar, museumnya begitu baik dengan anggaran yang diberikan oleh pemerintah,” kata dia.
Putu menekankan lagi bahwa parlemen berada di depan untuk mengawal seni budaya. Makanya, dia hadir di ISI Yogyakarta sebagai inisiator kegiatan BKSAP Day ke kampus-kampus, terutama di bidang seni budaya.
Di samping itu, Putu juga menunjukkan komitmennya menguatkan seni budaya dengan mengusulkan satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yakni RUU Permuseuman dan juga bisa mewujudkan RUU Omnibus Kebudayaan yang penting untuk pengawal, melestarikan, dan menjaga kebudayaan.
"Pada ujungnya menata, menampilkan, dan akhirnya semua akan tertampilkan sebagai negara yang adikuasa dalam bidang budaya, yaitu negeri yang adibudaya. Potensi ini harus kita sebarluaskan ke seluruh Indonesia, tidak hanya di Yogyakarta,” kata Putu Rudana.(fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam