jpnn.com, JAKARTA - Tantangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam pendidikan adalah bagaimana memanfaatkan berbagai potensi yang mampu mempersempit kesenjangan digital, pembentukan karakter, transformasi pendidikan digital, dan pendidikan kejuruan.
Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Kapustekkom) Kemendikbud Gogot Suharwoto mengatakan, salah satu upaya yang sudah dilakukan dengan memperbaiki kurikulum 2013 (K-13).
BACA JUGA: Moeldoko: Mahasiswa Menumpuk di Jawa dan Sumatra
"K-13 sudah mengadopsi C4 karena kami bukan menyiapkan anak-anak yang pintar menghitung, cepat menghafal, yang bisa mengerjakan soal dalam waktu 2 detik. Itu semua bisa dikerjakan mesin," ujar Gogot dalam International Symposium on Open, Distance and E-Learning di Jakarta, Jumat (6/7).
Yang disiapkan pemerintah, lanjutnya, anak C4 yaitu creative, punya collaborative work, critical thinking dan problem solving, dan communication skill. Sedangkan gurunya harus bisa C4 dan mengimplementasikannya di kelas. Juga menginovasi teknologi yang dibutuhkan siswa mereka.
BACA JUGA: Seluruh Sekolah Wajib Pakai Kurikulum 2013
"Guru harus bisa menginspirasi siswanya untuk mampu berbagi dengan siswa-siswa lain supaya bisa berbagi terobosan memahami materi pelajaran di sekolah," terangnya.
Dari sekolah atau lembaganya, Gogot menjelaskan, sedang disiapkan mulai dari input, proses, output dan outcome yang sesuai. Inputnya sudah ada program penerimaan peserta didik baru (PPDB) online. Harus bersentuhan dengan internet bagi orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya masuk sekolah.
BACA JUGA: Cowok Belajar di Gedung, Cewek di Tenda
Kemudian prosesnya di sekolah, anak-anak akan diperkenalkan bagaimana mendaftar di kelas, mengikuti pelajaran dengan men-download materi, mengerjakan soal secara digital, pekerjaan kelompok dengan digital.
"Sekarang ada grup-grup WA, LINE, dan lainnya, jadi anak-anak dibiasakan belajar dengan memanfaatkan teknologi yang ada," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengamat: Anak Milenial Tidak Butuh Teori Pancasila
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad