Kurikulum Merdeka Bikin Siswa Lebih Kreatif, Kolaborasi & Bernalar Kritis

Sabtu, 19 Februari 2022 – 09:30 WIB
Keunggulan Kurikulum Merdeka di antaranya membuat siswa kreatif, kolaborasi, dan bernalar kritis. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya mengatasi krisis pembelajaran (learning loss).

Kurikulum ini menjadi salah satu opsi pemulihan pembelajaran akibat pandemi.

BACA JUGA: Kemendikbud Ristek Dorong Seluruh Ekosistem Pendidikan Dilindungi BPJamsostek

Pelaksana tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Zulfikri Anas mengatakan Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru memilih format, cara, materi esensial, dan pengalaman apa yang ingin diajarkan.

Tentunya disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

BACA JUGA: Begini Cara Menerapkan Kurikulum Merdeka, Sangat Mudah

"Bagi siswa, Kurikulum Merdeka bisa mengeksplorasi potensi unik setiap individu yang selama ini terkungkung dengan materi," kata Zulfikri Anas dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) secara daring di kanal YouTube Kemendikbud RI yang dikutip Sabtu (19/2).

Zulfikri menyampaikan Kurikulum Merdeka diharapkan memberikan ruang seluas-luasnya bagi siswa dalam berkreasi dan mengembangkan diri.

BACA JUGA: Sekolah-Sekolah Ini Menerapkan Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Makin Menyenangkan

Kemendikbudristek telah melakukan sosialisasi Kurikulum Merdeka kepada berbagai pihak, meliputi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), komunikasi dengan Dinas Pendidikan daerah, organisasi pendidikan, dan sebagainya.

Selain itu, informasi terkait Kurikulum Merdeka juga dapat diperoleh di laman kurikulum.kemdikbud.go.id

“Mari kita selamatkan bangsa ini lewat dunia pendidikan. Mari kita bangun budaya belajar sesungguhnya dengan memosisikan kurikulum pada tempat semula, yaitu sebagai alat yang memberi ruang pada tiap individu untuk berkembang sesuai potensinya masing-masing,” pesan Zulfikri.

Sementara, Joko Prasetyo, guru SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah mengungkapkan perbedaan penerapan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 lebih fokus pada kognitif, yaitu capaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang menjadi angka kualitatif sehingga membelenggu guru.

Sementara, Kurikulum Merdeka atau sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe, para guru diarahkan pada pembentukan karakter yang lebih riil.

“Kami lebih mengarahkan siswa agar mempunyai enam dimensi dalam profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong (kolaborasi), mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,” ujarnya.

Kurikulum Merdeka juga menumbuhkan paradigma baru, yaitu menghargai pencapaian setiap siswa.

Setiap anak itu berbeda, bahkan sekalipun anak kembar pasti mempunyai karakter yang berbeda.

"Poin pentingnya adalah para guru harus menghargai proses pencapaian belajar setiap anak,” kata Joko.

Kurikulum Merdeka diterapkan di SMP Negeri 2 Temanggung melalui berbagai proyek untuk penguatan profil pelajar Pancasila.

Misalnya, dengan mengadakan pentas seni muatan lokal, bereksplorasi, berdiskusi dalam membuat produk kearifan lokal, dan sebagainya.

“Dari situ kami berharap bisa menjadi tolok ukur agar siswa senantiasa mengembangkan bakatnya dan memunculkan potensi yang ada di diri mereka,” ungkap Joko.

Keunggulan Kurikulum Merdeka juga diungkapkan Stefani Anggia Putri, guru SD Negeri 005 Sekupang, Batam, Kepulauan Riau.

Melalui penerapan Kurikulum Merdeka, pembelajaran dilakukan melalui paradigma baru dan berdiferensiasi sehingga menjadi menyenangkan, berpusat kepada siswa, dan sesuai kebutuhan serta tahap kembang siswa.

"Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mewujudkan profil pelajar Pancasila. Kami sudah buktikan itu selama setahun menerapkan kurikulum ini ada banyak perubahan terhadap siswa kami," pungkas Anggia. (esy/jpnn)

 


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler