Begini Cara Menerapkan Kurikulum Merdeka, Sangat Mudah

Jumat, 18 Februari 2022 – 09:48 WIB
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP Zulfikri Anas dalam Silaturahmi Merdeka Belajar secara daring. Foto: tangkapan layar YouTube Kemendikbud RI

jpnn.com, JAKARTA - Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek menyampaikan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka tidak sesulit yang dibayangkan masyarakat.

Kurikulum Merdeka ini lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. 

BACA JUGA: Sekolah-Sekolah Ini Menerapkan Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Makin Menyenangkan

"Sebenarnya Kurikulum Merdeka ini lebih sederhana dan mudah dipahami guru maupun siswa. Sifatnya lebih mendekatkan pada kemampuan masing-masing siswa," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP Zulfikri Anas dalam Silaturahmi Merdeka Belajar secara daring di kanal YouTube Kemendikbud RI, dipantau Jumat (18/2).

Dia memaparkan, esensi Kurikulum Merdeka memberikan kemerdekaan kepada guru untuk menentukan cara mengajar yang tepat.

BACA JUGA: Nadiem Sebut Kurikulum Merdeka Hanya sebagai Opsi Pembelajaran

Selain itu guru bisa membuat materi esensialnya sesuai dengan yang ingin dicapai.

Dari sisi siswa, mereka punya ruang seluas-luasnya untuk meng-explore potensi yang dimilikinya.

BACA JUGA: Pejabat Kemendikbudristek Curhat di Medsos, Bikin Merinding, Guru Honorer Gempar

Keunggulan lain dari penerapan Kurikulum Merdeka ini lebih relevan dan interaktif yang mana pembelajarannya melalui kegiatan proyek.

"Siswa diberikan kesempatan lebih luas untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual. Misalnya, isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar Pancasila," terang Zulfikri.

Untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, menurut Zulfikri, sangat mudah.

Pertama, guru harus kenal betul muridnya. Guru harus mempunyai peta kemampuan setiap siswanya.

Jadi, kata Zulfikri, ketika masuk sekolah, guru jangan langsung menyodorkan siswa dengan materi yang sudah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Namun, masuk dulu ke dunia anaknya.

"Kenali dulu siswanya, apa yang sudah dikuasai anak. Setelah punya peta kemampuan masing-masing anak, guru bisa meng-create proses pembelajaran," terangnya.

Anak yang belum bisa perkalian misalnya, akan berkolaborasi bersama dengan yang sudah bisa (perkalian) sehingga terjadi saling berbagj. Kadang-kadang kata Zulfikri, anak itu lebih paham dengan teman sebayanya.

Pada kesempatan tersebut guru SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah, Joko Prasetyo mengungkapkan dahulu, saat mengajar guru terbelenggu dengan kriteria kelulusan minimal (KKM).

Nah, di Kurikulum Merdeka ia merasa guru sangat menghargai proses dan pencapaian siswa dalam belajar.

“Guru lebih fleksibel untuk berkreasi dalam mengajar semaksimal mungkin,” tuturnya bersemangat.  

Sementara itu, Stevani Anggia Putri, guru kelas di SD Negeri 005 Sekupang Kota Batam menyampaikan perubahan yang sangat terasa di sekolahnya.

Melalui Kurikulum Merdeka dirinya lebih berkesempatan mengetahui minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Asesmen pembelajaran cukup efektif untuk membantu dia memetakan kebutuhan siswa.

Dia bisa menyusun metode serta strategi pembelajaran yang sesuai minat dan profil siswa. Ditambah dengan pembelajaran kolaboratif berbentuk proyek yang bertujuan untuk mengembangkan profil pelajar Pancasila melalui pengalaman belajar.

Anggia juga berpesan kepada rekan sejawatnya bahwa guru ibarat petani dan siswa ibarat benihnya. 

"Dengan kemampuan guru merawat benih dengan baik, benih yang ditanam akan tumbuh berkualitas," ujarnya. 

Dia berharap dengan penerapan Kurikulum Merdeka para guru bisa memberikan fasilitas dan pengajaran sesuai kebutuhan siswa untuk mencetak pelajar Pancasila yang mampu bersaing di masa depan. (esy/jpnn)

 

 

 


Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler