Sekolah-Sekolah Ini Menerapkan Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Makin Menyenangkan

Jumat, 18 Februari 2022 – 08:24 WIB
Silaturahmi Merdeka Belajar: Wujudkan Pelajar Pancasila Melalui Kurikulum Merdeka. Foto: tangkapan layar YouTube Kemendikbud RI

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka merasakan perubahan besar. Salah satunya siswa makin bersemangat belajar karena tidak monoton lagi.

Stefani Anggia Putri,  guru SD Negeri 005 Sekupang, Batam, mengungkapkan, Kurikulum Merdeka menerapkan pembelajaran baru yang menyenangkan, sederhana, lebih fokus dan berpusat kepada siswa.

BACA JUGA: Nadiem Sebut Kurikulum Merdeka Hanya sebagai Opsi Pembelajaran

Pembelajaran ini diharapkan mampu membentuk profil pelajar Pancasila. 

"Materinya lebih pada kecakapan, memahami bacaan, menalar secara matematika yang disebut literasi dan numerasi," kata Anggia dalam Silaturahmi Merdeka Belajar: Wujudkan Pelajar Pancasila Melalui Kurikulum Merdeka secara daring di kanal YouTube Kemendikbud RI, dipantau Jumat (18/2).

BACA JUGA: Mas Nadiem Pastikan Kurikulum Merdeka Tidak Dipaksakan Selama 2 Tahun, Setelah Itu?

Anggia menjelaskan struktur Kurikulum Merdeka terbagi dalam dua bagian, yaitu pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler.

Di dalamnya ada pembelajaran berbasis proyek yang memberikan tujuh tema pilihan.

BACA JUGA: Guru Honorer Lulus Seleksi PPPK Tahap 1 Bersukacita, Tetapi Ada Ganjalan di Hati

Penerapan Kurikulum Merdeka di SD Negeri 005 Sekupang, Batam, baru pada tahun ajaran 2021/2022. Ini diterapkan di kelas I dan IV. Kelas II, III, V, dan VI menggunakan Kurikulum 2013.

Di awal implementasi Kurikulum Merdeka, lanjut Anggia, yang pertama dilakukan adalah asesmen awal siswa. Setelah pemetaan, guru kemudian menyusun metode pembelajaran yang sesuai kondisi siswanya.

Di SD Negeri 005 Sekupang menetapkan dua tema proyek untuk satu tahun. Semester I temanya gaya hidup berkelanjutan.

Untuk kelas bawah dikenalkan dari awal jangan membuang sampah sembarangan. Anak didik dilatih untuk memilah dan memilih sampah sesuai dengan jenisnya. Kemudian mendaur ulang sampah. 

"Orang tua juga diajak agar anak mengimplementasikan hal tersebut di rumah," ucapnya.

Semester II tema yang diambil kearifan lokal. Pembelajarannya adalah permainan tradisional berupa lompat karet dan congklak.

Anggia bersama para guru lainnya melihat anak-anak tidak bisa menjalin karet yang sederhana, tetapi dari situ dilatih fokusnya, kolaborasi, dan nalar kritisnya. 

"Awalnya siswa mungkin berpikir apa sih ini, tetapi lama-lama jadi senang karena pembelajarannya di luar kelas," terangnya. 

Ada juga pengenalan lagu daerah Riau. Dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila, SD Negeri 005 Sekupang juga melibatkan orang tua.

Wali murid dijadikan sebagai sumber belajar bagi anaknya mengenai permainan tradisional. Sebab, orang tua murid lebih banyak pengalaman bermain karet dan congklak serta tari di kelas tinggi 

Di akhir semester ada pembagian rapor proyek pelajar Pancasila dan pameran profil Pancasila. 

"Ini yang paling dinantikan para siswa karena hasil karyanya dipamerkan dan bisa dilihat oleh seluruh siswa serta orang tua," ucapnya.

Sama halnya di SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah. Menurut Joko Prasetyo, guru di SMP tersebut, Kurikulum Merdeka ini lebih mengedepankan pada kolaborasi.

Dari sini diharapkan siswa punya karakter Pancasila. Ini dijabarkan bahwa pembelajaran tidak hanya seputar nilai ujian, nilai ulangan, dan sebatas kognitif. 

Kurikulum Merdeka ini, lanjutnya, mendorong guru menghargai capaian setiap anak bahwa anak-anak itu punya karakter berbeda-beda. Tidak ada kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan para guru bisa mendeteksi apakah ada anak yang butuh pendampingan khusus.

Selama penerapan Kurikulum Merdeka, Joko melihat para siswa mulai terbuka dengan kurikulum ini. 

"Di sekolah kami melaksanakan dua proyek. Siswa kelas VII sangat antusias karena mereka diminta membuat konsep, bereksplorasi, dan berdiskusi," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, secara daring, Jumat (11/2). Kurikulum Merdeka ini untuk mengatasi krisis pembelajaran. 

Menteri Nadiem mengungkapkan, merujuk berbagai studi nasional maupun internasional, krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun.

Krisis pembelajaran makin bertambah karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. (esy/jpnn)

 

 

 


Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler