jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah 50 poin atau 0,35 persen.
Pada pukul 10.00 WIB, rupiah melemah ke posisi Rp 14.425 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.250 per USD.
BACA JUGA: Pascaproyeksi Suku Bunga The Fed Kurs Rupiah Ambyar 117 Poin, Begini Kata BI
Tim Riset Mega Capital Sekuritas menyatakan pelemahan kurs rupiah terjadi karena pelaku pasar yang masih mencermati proyeksi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.
"Investor masih mencermati kenaikan ekspektasi inflasi The Federal Reserve serta proyeksi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan," tulis Tim Riset Mega Capital Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin (21/6).
BACA JUGA: Ratusan Juta Rupiah Uang di ATM Lenyap, Begini Cara Pelaku Beraksi, Jangan Ditiru
The Fed pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu menyatakan suku bunga akan naik dua kali pada 2023.
"Kemudian memunculkan kekhawatiran akan tapering (pengurangan pembelian obligasi oleh The Fed)," katanya.
BACA JUGA: 8 Juta Batang Rokok Ilegal Disita, Miliaran Rupiah Terselamatkan
Lebih lanjut, menurut Tim Riset Mega Capital Sekuritas, Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard juga mengatakan bank sentral AS telah memulai diskusi mengenai pengurangan program pembelian obligasi selama masa pandemi.
Bullard menyebut perubahan sikap The Fed adalah tanggapan alami dari pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi yang lebih cepat dari ekspektasi.
Indeks USD saat ini berada di level 92,26, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 92,225.
Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,404 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,45 persen.
Pada Jumat (18/6) lalu, rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp 14.250 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.355 per USD. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia