La Nyalla: Sayur Apa yang Tidak Bisa Ditanam di Indonesia?

Jumat, 19 Juni 2020 – 17:17 WIB
Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) La Nyalla Mahmud Mattalitti meminta Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengevaluasi barang impor yang mendistorsi produksi dalam negeri.

Menurut La Nyalla, ada sejumlah komoditi barang jadi dari mancanegara yang masuk ke Indonesia mendistorsi produksi dalam negeri.

BACA JUGA: La Nyalla Berharap Indonesia jadi Negeri Penghafal Alquran

Hal ini sebagaimana hasil serap aspirasi daerah dan masukan dari Apindo dan Kadin Indonesia ke DPD di masa reses.

“Kami di DPD juga ingin mempertanyakan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang menyatakan terjadi peningkatan impor sayuran dan buah-buahan. Pertanyaannya, sayur apa yang tidak bisa ditanam di Indonesia?” kata La Nyalla dalam rapat kerja dengan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, di rumah dinas ketua DPD, Jakarta, Kamis (18/6).

BACA JUGA: La Nyalla Pengin Lumbung Pangan Jatim tak Hanya Saat Pandemi

Raker dihadiri pula oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dan sejumlah pejabat di Kementerian Perdagangan, Wakil Ketua III DPD Sultan Baktiar Najamudin dan Wakil Ketua Komite II DPD RI Bustami Zainudin serta anggota DPD Edwin Pratama Putra.

Dalam pertemuan itu, Nyalla menyampaikan hasil serap aspirasi dan pengawasan DPD di daerah yang terkait dengan tugas pokok Kementerian Perdagangan.

BACA JUGA: Wakil Ketua DPD RI Sultan Najamudin Bersama Mayoritas Senator Tolak RUU HIP

Termasuk persoalan impor besar-besaran alat kesehatan, seperti alat pelindung diri (APD), masker untuk Covid-19.

Sementara di satu sisi, industri dalam negeri juga memproduksi barang serupa.

Januari-April 2020, nilai impor alat kesehatan mencapai USD 1 miliar, naik 11,6 persen year on year.

Kenaikan ini didominasi empat produk, yakni masker, hand sanitizer, PCR Test dan ventilator.

Sementara terkait peningkatan impor sayur dan buah-buahan, karena adanya permintaan dari kelas konsumen premium, terutama dari kalangan ekspatriat yang belanja di supermarket kelas atas.

La Nyalla meminta Menteri Agus untuk segera melakukan evaluasi dan koordinasi dengan kementerian terkait terutama Kemenkes, karena sebagian komoditas alat kesehatan sekarang sudah diproduksi di dalam negeri.

Bahkan kampus UGM sudah bisa memproduksi ventilator standar ICU yang sama dengan produk impor, yang sekarang masih menunggu izin edar dari Kemenkes.

"Termasuk sejumlah pabrik tekstil yang sekarang memproduksi baju APD dan masker. Ini harus mendapat prioritas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu,” kata La Nyalla.

Senator dari Jawa Timur itu mengingatkan Menteri Agus terkait keputusan Vietnam dan India yang menghentikan ekspor produk pangan utama mereka.

Hal ini harus dimaknai bahwa potensi krisis pangan dunia sudah ada di depan mata menyusul pandemi Covid-19.

Dia menegaskan sebaiknya Kemendag segara koordinasi dengan Bulog dan Kementan untuk mengantisipasi fenomena ini.

"Karena saya secara pribadi sudah menyampaikan kepada Presiden Jokowi tentang perlunya membangun ketahanan di sektor pangan,” ungkap mantan Ketua Kadin Jatim ini.

Menteri Agus menyatakan akan memperhatikan dan menindaklanjuti aspirasi yang diserap DPD dari masyarakat tersebut.

“Tentang komoditas barang jadi yang menjadi perhatian Apindo dan Kadin Indonesia pasti kami perhatikan," ujarnya.

Agus menuturkan salah satu opsi yang akan ditempuh Kemendag adalah pemberlakuan safeguard, dengan menaikkan bea masuk impor terhadap komoditas tersebut sehingga produk dalam negeri terlindungi.

"Sementara terkait impor alat kesehatan terkait Covid-19 yang memang diberi relaksasi pembebasan izin impor, akan dievaluasi per tanggal 30 Juni 2020 mendatang,” kata Agus. (boy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler