Laba Bersih Bank Mega Meningkat jadi Rp3,01 Triliun

Rabu, 17 Februari 2021 – 19:30 WIB
Jajaran direksi PT Bank Mega saat menggelar paparan kinerja periode 2020 secara virtual. Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Mega Tbk (Bank Mega) menggelar paparan kinerja periode 2020 secara virtual, pada Rabu (17/2).

Dalam paparannya, Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan perusahaan menyikapi kondisi ekonomi 2020 yang penuh tantangan dengan tetap optimistis, serta mengubah tantangan menjadi peluang.

BACA JUGA: Kuartal III 2020, Laba Bank Mega Naik jadi Rp2,2 Triliun

Hasilnya, Bank Mega tetap tumbuh secara signifikan dan berkesinambungan, bahkan indikator utama keuangan berada di atas rata-rata industri.

Laba setelah pajak tercatat sebesar Rp3,01 triliun atau tumbuh sebesar 50 persen jika dibandingkan dengan kinerja periode 2019 sebesar Rp2,0 triliun.

BACA JUGA: Ayu Ting Ting Ungkap Alasan Enggan Jalin Hubungan Serius dengan Ivan Gunawan

Sementara, laba setelah pajak secara industri per November 2020 tercatat minus 31 persen.

Pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang naik sebesar 9 persen menjadi Rp3,9 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp3,58 triliun.

BACA JUGA: Kuartal I 2020, Bank Mega Catatkan Kinerja Positif

Selain itu fee based income juga turut andil dalam menyumbang kenaikan laba, dimana terjadi kenaikan sebesar 26 persen menjadi Rp2,9 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp2,3 triliun.

Total aset berhasil mencapai Rp112,2 triliun atau naik 11 persen dibanding 2019 sebesar Rp100,8 triliun.

Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 9 persen menjadi Rp79,19 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp72,8 triliun.

Dari sisi komposisi, deposito masih mendominasi Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu sebesar 72 persen, disusul oleh Tabungan sebesar 17 persen dan giro sebesar 11 persen.

Di samping itu, kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6 persen menjadi Rp48,5 triliun dari Rp51,0 triliun pada 2019.

Secara komposisi, kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 55 persen menjadi Rp26,2 triliun.

Keberhasilan mengendalikan beban operasional mengakibatkan perbaikan Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) semakin membaik, yaitu menjadi sebesar 65,9 persen dibanding posisi 2019 yang sebesar 74,10 persen.

Hal ini merupakan merupakan dampak dari inovasi digital dan otomasi yang telah diberlakukan sejak dua tahun terakhir, baik untuk back office maupun front office.

"Permodalan Bank Mega juga semakin kokoh yang tercermin dari rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 31,04 persen, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,68 persen. Rasio permodalan yang kuat merupakan hal penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," sebutnya.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Marshanda Ungkap Karen Pooroe Selingkuhi Arya Claproth Saat Berstatus Suami Istri


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler