Lagi, IS Unggah Video Penggal Kepala

Desak AS dan Kurdi Akhiri Aksi Militer

Sabtu, 30 Agustus 2014 – 13:47 WIB
SADIS: Foto dari unduhan video yang disebar ISIS ini memperlihatkan kekejaman mereka saat membunuh salah seorang pejuang Kurdi. Foto: Daily Mail

jpnn.com - BAGHDAD – Militan Negara Islam alias Islamic State (IS) kembali menebar teror. Jumat (29/8) kelompok radikal yang semula bernama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) itu mengunggah adegan eksekusi seorang pejuang Kurdi yang mereka tangkap. Tidak jelas kapan aksi keji itu terjadi. Sekali lagi, IS mendesak Amerika Serikat (AS) dan Kurdi berhenti memerangi militan.

Rekaman video berjudul A Message in Blood to the Leaders of the American-Kurdish Alliance itu mulai beredar luas kemarin. Pada awal tayangan, tampak 15 pria mengenakan setelan oranye berdiri di sekitar bendera IS. Tiga di antara para pria yang merupakan tawanan militan itu lantas membacakan pesan yang mereka alamatkan kepada Massud Barzani, presiden wilayah otonomi Kurdi.

BACA JUGA: Absen Kuliah demi Perangi ISIS

Dalam pesan mereka, tiga tawanan yang tidak disebutkan identitasnya itu meminta pemerintah Kurdi memutus hubungan dengan AS. ’’Massud Barzani dan pemerintah Kurdi harus menghentikan aksi militer mereka di kawasan utara Iraq,’’ seru salah seorang tawanan sebagaimana dikutip kelompok intelijen SITE.

Belakangan kerja sama militer AS dan Peshmerga (pasukan Kurdi) memang sukses memukul mundur IS dari beberapa titik. Antara lain, Bendungan Mosul dan Kota Tikrit. Tidak ingin terus-menerus kalah, IS lantas menebar ancaman. Setelah pekan lalu merilis video pemenggalan kepala jurnalis foto AS James Foley, IS kini meneror AS dan Kurdi lewat rekaman pembunuhan pejuang Peshmerga.

BACA JUGA: Galau, 186 Kru Malaysia Airlines Mundur

’’Kesalahan dan kecerobohan sekecil apa pun yang Anda lakukan akan membuat kami kehilangan nyawa,’’ kata salah seorang tawanan IS dalam video tersebut. Adegan penyampaian pesan itu lantas beralih kepada sebuah fragmen sadis. Tiga pria berpenutup kepala membelakangi sebuah masjid dengan seorang tawanan bersimpuh di depan mereka. Dalam hitungan detik, algojo memenggal kepala sang tawanan.

Di ujung video sadis itu, IS menayangkan mayat-mayat bersimbah darah yang mereka klaim sebagai serdadu-serdadu Syria. Akhir pekan lalu IS sukses mengambil alih pangkalan udara militer di sisi utara Syria. Dalam aksinya, IS juga menangkap sejumlah serdadu Syria. Lantas, para serdadu itu dibawa ke lokasi tertentu dan dieksekusi tanpa ampun.

BACA JUGA: Pemimpin IMF Jalani Investigasi Korupsi

Bersamaan dengan itu, pasukan Iraq melancarkan serangan udara di kawasan Kota Amerli, Distrik Tooz, Provinsi Salahadin. Itu merupakan serangan udara terbesar yang dilancarkan militer Iraq sejak IS mencengkeram Negeri Seribu Satu Malam tersebut. Dua bulan terakhir IS menguasai Amerli dan membuat hampir seluruh penduduknya kelaparan.

’’Jet tempur Iraq sukses menggempur sarang militan di Amerli,’’ klaim Kolonel Mustafa al-Bayati. Selain Amerli, militer Iraq menarget Kota Jabal Hamreen di selatan Amerli. Tidak seperti operasi antiteror di Mosul dan Tikrit, kali ini AS tidak menerjunkan pasukan udaranya untuk mendukung aksi militer Iraq di Amerli.

Sementara itu, Presiden Barack Obama kembali mendapat tekanan dari kubu Partai Republik terkait dengan kebijakan operasi militernya di Iraq. Itu terjadi karena pemimpin 53 tahun tersebut menyatakan bahwa AS belum perlu melancarkan aksi militer ke Syria. Padahal, untuk menumpas IS, mau tidak mau, AS juga harus menggempur Syria yang merupakan basis ISIS.

Meski demikian, Obama menyatakan bahwa pemerintahannya belum memiliki rencana khusus untuk melawan ISIS. ’’Kami belum memiliki strategi untuk menaklukkan ISIS di Syria. Kami harus memastikan bahwa rencana kami harus matang,’’ katanya. ’’(Apa yang terjadi di) Syria bukan sekadar isu militer, tapi juga isu politik. Isu ini akan melibatkan seluruh pemerintahan Sunni di kawasan tersebut,’’ tandas Obama.

Oleh karena itu, Obama belum mau memerintahkan aksi militer ke Syria. Tapi, orang nomor satu Gedung Putih itu tidak lagi menutup opsi untuk melancarkan serangan udara ke Syria. Hanya, menurut dia, aksi semacam itu belum mendesak. (AP/AFP/hep/c4/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bocah 9 Tahun Tembak Instruktur Menembak dengan Senjata Israel


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler