Lagi, Para Ilmuwan Diaspora Diundang ke Tanah Air

Kamis, 21 Desember 2017 – 22:35 WIB
Wapres Jusuf Kalla dan Menristekdikti Mohamad Nasir pada pembukaan SCKD 2017 di Jakarta, Kamis (21/12). Foto: Humas Kemenristekdikti for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kembali mengundang para ilmuwan Diaspora Indonesia ke Tanah Air dalam rangka Program World Class Scholars (WCS) 2017.

Puncak Program WCS 2017 ini diselenggarakan melalui Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD), yakni mempresentasikan hasil kegiatan dan kolaborasi para Diaspora dengan masing-masing mitra perguruan tinggi dan institusi riset di berbagai daerah.

BACA JUGA: Menristekdikti: Jadi Akuntan tak Harus S1

Menristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan, program ini menjadi salah satu terobosan Kemenristekdikti, khususnya Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti untuk membangun kualitas manusia dan mendorong daya saing bangsa Indonesia.

Dijelaskan, perubahan nama program dari Visiting World Class Professor pada tahun 2016 menjadi World Class Scholars di tahun 2017 dikarenakan dua hal.

BACA JUGA: Mau Merger, Fakultas Kesehatan Bakal Dapat Rp 30 Miliar

“Pertama tahun ini kami memiliki program yang sama, yakni World Class Professor yang mengundang tidak hanya dikhususkan Diaspora tapi juga seluruh academics leaders dari seluruh universitas terbaik dunia untuk hadir di perguruan tinggi di Indonesia. Kedua, kami ingin menjangkau publik yang lebih luas tidak hanya publik dari akademisi kampus yang terlibat tetapi juga para Diaspora yang berasal dan berkarir di dunia industri,” beber Nasir pada pembukaan SCKD 2017 yang dihadiri Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis (21/12).

Mengusung tema baru, Program WCS 2017 mendapat sambutan cukup tinggi dari para ilmuwan Diaspora.

BACA JUGA: Menteri Nasir: Status Kelembagaan RSP Jadi di Bawah Rektor

Sejak dibuka pendaftaran pada akhir November lalu, lebih dari 100 ilmuwan Diaspora dari berbagai negara dan latar belakang keilmuan mendaftarkan diri.

Bekerja sama dengan ALMI, Kemenristekdikti melakukan seleksi ketat terkait data diri, kualifikasi akademis, penelusuran riwayat akademis, capaian akademisn hingga etika akademis pengusul sampai akhirnya terpilih 40 Diaspora dari 11 negara, meliputi Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan, Jerman, Inggris, Kanada, Australia, Arab Saudi, dan Swiss.

“Kemenristekdikti melihat kerinduan pada Diaspora untuk berbakti bagi nusa dan bangsa sehingga acara Simposium Cendekia Kelas Dunia ini menjadi potensi untuk merekatkan nasionalisme kebangsaan. Kami menyediakan wadah bertemu bagi mereka dengan saudara-saudara mereka di Indonesia untuk kemudian berkolaborasi bersama membangun Tanah Air,” terangnya.

Nasir juga menyebut kolaborasi antara ilmuwan Diaspora dengan peguruan tinggi di Indonesia mampu merekatkan bangsa tidak hanya dari sosial historis, tetapi juga dengan semangat membangun ilmu pengetahuan.

“Saya melihat para Diaspora ini menempatkan diri mereka sejajar dengan para akademisi dan ilmuwan di dalam negeri. Mereka tidak menggurui, bahkan mereka saling mendengar dan berpendapat, mereka saling memahami dan belajar. Pemandangan ini menunjukkan bahwa sebenarnya dunia akademis tidak bersekat, justru merekatkan,” tambahnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasir Dorong RSPTN jadi Andalan Inovasi Bidang Kesehatan


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler