Lagi, Pembelaan Muzani untuk Prabowo soal 'Tampang Boyolali'

Rabu, 07 November 2018 – 16:36 WIB
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani lagi-lagi melontarkan pembelaan soal ‘tampang Boyolali’ dalam pidato Calon Presiden Prabowo Subianto. Menurut Muzani, pidato Prabowo soal ’tampang Boyolali’ harus dilihat secara utuh karena tujuannya bukan menghina warga.

Muzani mengatakan, jika menyimakpidato Prabowo di Boyolali secara utuh maka ketua umum Gerindra itu bermaksud menggambarkan perkembangan hotel dan bangunan-bangunan mewah yang tumbuh pesat. Namun, tak semua masyarakat bisa menikmati kemewahan itu.

BACA JUGA: Prabowo Minta Maaf soal Tampang Boyolali, Simak Videonya

"Jadi tidak ada maksud melecehkan dan merendahkan. Apa maksudnya beliau datang-datang jauh ke Boyolali untuk merendahkan,  tidak ada sama sekali," ujar Muzani di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (7/11). 

Wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu menyesalkan pemotongan video pidato Prabowo pada bagian ‘tampang Boyolali’ yang kemudian diviralkan. Menurutnya, potongan video itu menimbulkan kesan bahwa Prabowo merendahkan masyarakat Boyolali.

BACA JUGA: Ferry Sebut Omongan Prabowo soal Tampang Boyolali Dipotong

"Ya itu bagian dari kampanye untuk mengalihkan perhatian Pak Prabowo terhadap memberdayakan masyarakat dengan sebuah isu yang dipelintir. Dan itu dalam situasi kampanye begini ya bisa-bisa dan kejadian dan kemudian dituntut minta maaf," ungkapnya. 

Muzani menambahkan, dalam pidato terkadang perlu memasukkan perumpamaan untuk penguatan pesan yang hendak disampaikan. Parahnya, kata dia, model perumpamaan yang digunakan orator sering kali dipelintir atau dipotong sebagai sebuah upaya untuk melecehkan kelompok tertentu. 

BACA JUGA: Tim Prabowo – Sandi Klaim Kantongi Sejumlah Bukti

"Itu yang kemudian ini jadi problem dan dikapitalisasi, dimobilisasi sehingga gagasan yang baik tidak dianggap utuh. Bukan hanya tidak utuh malah sama sekali diabaikan menjadi sebuah gagasan,  atau diartikan malah menjadi cerita yang tidak bagus," jelasnya. 

Selain itu Muzani mengatakan, dalam pidato terkadang juga dibutuhkan canda sebagai bumbu. Tujuannya agar suasananya tak jenuh.

"Kadang-kadang candaan itu sering dipelintir. Padahal candaan itu untuk mengakrabkan suasana tapi seringkali dipotong sebagai pelecehan," katanya. 

Muzani juga menyinggung soal Bupati Boyolali Seno Samodro yang mengapitalisasi isu itu untuk mengampanyekan penolakan terhadap Prabowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Muzani menegaskan, Seno yang notabene dari partai pengusung Joko Widodo - KH Ma’ruf Amin tentu tak mungkin mengajak warganya memilih Prabowo.

"Sebagai pemimpin dia mengapitaliasi itu dan membenturkan antara masyarakat, sampai mengeluarkan kata kasar. Biar itu menjadi ranah hukum. Dan  saya kira apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo kemudian menyampaikan maaf sesuatu yang sangat tulus," ungkapnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sibuk, Bareskrim Lempar Laporan Fan Prabowo ke Polda Jateng


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler