Lahir sebagai Laki – laki, Ikut Miss Universe 2018

Kamis, 20 Desember 2018 – 00:56 WIB
Kontestan Miss Universe 2018 perwakilan dari negara Spanyol, Angela Ponce berjalan saat Press Junket di IMPACT Arena, Bangkok, Thailand, Jumat (14/12). FOTO: SALMAN TOYIBI /JAWA POS

jpnn.com - Angela Ponce diberi penghormatan lewat sebuah sesi khusus di ajang Miss Universe 2018. Dia mengusung misi mulia: menyuarakan toleransi dan anti kekerasan.

GLANDY BURNAMA-SALMAN TOYIBI, Bangkok

BACA JUGA: Dituduh Transgender, Liza Aditya Bakal Lapor Polisi

NAMANYA tak masuk top 20. Tapi, sebelum pengumuman top 10, sebuah sesi khusus justru dihelat untuknya.

”Malam ini Miss Universe merayakan keberagaman dan sejarah terukir,” ujar host Miss Universe 2018 Ashley Graham.

BACA JUGA: Audrey Tang, Transgender Anarkis yang Jadi Menteri Taiwan

Sesaat kemudian, di layar IMPACT Arena, tempat diadakannya final show Miss Universe 2018, diputar video profil sosok yang dimaksud: Angela Ponce. Dalam video tersebut terlihat bagaimana wakil Spanyol itu mematahkan stereotipe bahwa transgender tak bisa ikut kontes kecantikan untuk perempuan.

Setelah video diputar pada Senin lalu itu (17/12), Ponce kembali naik panggung. Bukan sebagai semifinalis, tapi sebagai kontestan yang mendapat sambutan hangat.

BACA JUGA: Lelaki Tak Bisa Dipercaya, India Berpaling ke Transgender

Baik dari penyelenggara maupun penonton. Dengan senyum bangga dan bahagia, dia berjalan menyusuri panggung dengan disertai sorakan penonton.

Selempang bertulisan ”Spain” (Spanyol, negara yang diwakili Ponce) dilepas dan dikibarkannya dengan penuh kemenangan. Para juri dan penonton memberikan standing ovation sebagai bentuk respek.

Ponce memang tidak seperti Catriona Gray, perwakilan Filipina yang terpilih sebagai Miss Universe 2018. Namun, dia juga layak disebut pemenang. Meski menerima banyak kritik dan hujatan di media sosial, Ponce tetap tegar dalam mengejar mimpinya sejak kecil: menjadi ratu kecantikan.

”Menurutku, tak ada salahnya kalau kita bermimpi,” ujar Ponce dalam video profilnya.

Keikutsertaan Ponce dalam Miss Universe 2018 memang mengundang pro, kontra, dan pertanyaan dari banyak pihak. Termasuk, para national director atau organisasi nasional yang mengirim wakilnya ke Miss Universe. Padahal, aturan bahwa transgender tak boleh ikut di Miss Universe sudah dihapus pada 2012.

Salah seorang national director yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada Jawa Pos bahwa pihaknya telah bertanya ke IMG selaku perusahaan induk Miss Universe Organization terkait kesertaan Ponce. Sebab, organisasi sang national director pun sering mendapat pertanyaan terkait hal itu.

”Kami bertanya melalui e-mail ke mereka, kira-kira jawaban seperti apa yang bisa diberikan untuk pertanyaan ini,” ujar national director tersebut.

Rupanya, pihak IMG belum bisa memberikan jawaban pasti. Pihak IMG juga mengungkapkan bahwa banyak negara pengirim wakil di Miss Universe yang mempertanyakan kesertaan Ponce.

Sebab, dia adalah transgender peserta ajang yang dianggap diperuntukkan natural born women alias perempuan sedari lahir. Apalagi, saat ini sudah ada beberapa kontes kecantikan khusus transgender.

Saat kontes berlangsung, perundungan seolah tak berhenti menghampiri Ponce. Mulai wajahnya yang masih tampak khas laki-laki, suaranya yang berat, hingga penampilannya saat sesi swimsuit di preliminary show Kamis lalu (13/12).

Walaupun menerima banyak respons negatif, Ponce tak terpengaruh. Selama mengikuti masa karantina sejak 1 Desember hingga final show di Bangkok, Ponce selalu antusias. Dia pun ramah.

Dengan kalem, dia melayani pageant lovers –penggemar kontes kecantikan– yang bertemu dengannya dan ingin berswafoto. Perempuan 27 tahun itu juga murah senyum dan selalu membalas ”hola (halo)” jika ada yang menyapanya.

Berada di salah satu kontes kecantikan terbesar, Ponce merasa sangat bahagia. Impian masa kecilnya terwujud. ”Saya selalu merasa senang setiap hari selama berada di sini,” ujar Ponce saat ditemui Jawa Pos di sela-sela karantina.

Kebahagiaan Ponce semakin besar saat masuk jajaran peserta favorit. Foto-fotonya juga beredar di media sosial, lengkap dengan dukungan untuknya. ”Terima kasih untuk semua yang mendukung saya,” kata model yang lahir sebagai laki-laki dengan nama lengkap Angel Mario Ponce Camacho itu.

Miss Universe 2018 bukan kontes kecantikan pertama Ponce. Pada 2015 pemilik tinggi badan 182 sentimeter itu ikut ajang Miss World Spain 2015. Sayang, dia gagal. Namun, Ponce tak menyerah.

Pada 2018 dia ikut Miss Universe Spain dan berhasil menjadi transgender pertama yang memenangi ajang tersebut. Dia pun berhak mewakili Spanyol di ajang Miss Universe 2018.

Sebenarnya Ponce tak mengincar mahkota Mikimoto (mahkota untuk pemenang Miss Universe) atau selempang bertulisan Miss Universe. Ponce punya misi mulia: mengampanyekan gerakan anti kekerasan dan intoleransi, secara khusus untuk kaumnya.

Menurut Ponce, toleransi harus diajarkan ke generasi muda sejak dini. Model asal Sevilla itu mengatakan bahwa dirinya tak hanya mewakili Spanyol. Tapi, mewakili siapa pun di dunia. ”Saya pernah mendapat prasangka buruk dan dirundung. Banyak orang yang seperti itu dan saya di sini mewakili mereka,” tegas Ponce.

Selain berdiri mewakili mereka yang jadi korban perundungan, Ponce ingin menyadarkan arti keberagaman. Dia mewakili keberagaman perempuan, etnis, ras, serta golongan apa pun di dunia ini. Dengan menyuarakan toleransi dan keberagaman, Ponce ingin perdamaian bisa terwujud.

Selama karantina hingga final show, Ponce benar-benar membuktikan bahwa dia sangat respek pada keberagaman. Dia menjalin persahabatan dengan kontestan lain yang berbeda ras atau etnis dengannya. Para kontestan lain pun menilai Ponce luar biasa baik.

Salah satunya Tamaryn Green, perwakilan Afrika Selatan yang menjadi runner-up 1 Miss Universe 2018. ”Urutan tampil kami sangat dekat, setelah saya baru dia karena disusun secara alfabetis,” kata Green saat ditemui di after party Senin malam di Hotel Dusit Thani, Bangkok.

Green mengungkapkan bahwa Ponce punya semangat yang luar biasa. ”Dia baik hati dan sangat percaya diri. Inspiratif!” kata Green.

Meski Ponce tak terlalu lancar berbahasa Inggris, Green selalu membantunya agar bisa berinteraksi dengan lebih lancar. Hal serupa dikatakan perwakilan Swedia Emma Strandberg. Dia dekat dengan Ponce karena negara yang diwakili sama-sama berinsial ”S” sehingga giliran tampil mereka berdekatan.

Meski terhalang kendala bahasa, Strandberg dan Ponce tetap kompak. ”Kami saling mengingatkan apa yang harus dilakukan di panggung dan hal-hal teknis lain,” ujar Strandberg.

Saat segmen khusus Ponce disiarkan, Strandberg terharu. ”Saat melihat videonya, aku ikut menangis saking luar biasanya dia,” ujar Strandberg.

Sambutan positif juga diterima Ponce dari luar. Misalnya, National Director Cayman Islands Latrese Haylock. Dia tak mempermasalahkan kesertaan Ponce. ”Bagus malah, dia membuka peluang transgender untuk ikut serta dan memperjuangkan hak mereka. Itu sangat luar biasa,” kata Haylock.

Ponce tak perlu pengakuan, mahkota, atau titel ratu kecantikan. Bagi dia, bisa menyuarakan toleransi dan anti kekerasan sudah lebih dari cukup. Setidaknya, dia sudah menunjukkan bahwa memperjuangkan sesuatu butuh persistensi dan ketegaran.

Asalkan dia bisa mengampanyekan sifat saling respek, itu sudah cukup. ”Kalau aku bisa memberikan itu kepada dunia, aku tak perlu kemenangan di Miss Universe,” tutupnya dalam video profil. (*/c10/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nayyab Ali, Transgender Nekat Nyaleg di Negeri Pembenci LGBT


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler