Dari mana asal bunga Tulip? Benarkah dari Belanda? Jawabannya, adalah Turki! Namun top of mind bunga tulip yang berasal dari Belanda itu memang tak bisa disalahkan.

"Belandalah yang mempromosikan tulip tersebut secara komersial. Mereka mendapatkan banyak uang dari tulip, tapi juga kehilangan banyak uang," demikian kata Paul Tesselaar, pemilik kebun tulip di daerah Silvan, 40 km dari Kota Melbourne, Australia.

BACA JUGA: Dunia Kedokteran Akui Kematian akibat Patah Hati

Paul menambahkan, di Belanda para tulip-mania bisa saja memperjualbelikan bunga tulip dengan harga gila-gilaan. Paul mencontohkan, satu tangkai bunga tulip dengan warna terbaik di Belanda, harganya bisa mencapai seharga rumah paling bagus dan paling mahal se-Amsterdam.


Bunga tulip bermerakan di perkebunan milik Tesselaar di pinggiran kota Melbourne. (Foto: Hany Koesumawardani)

BACA JUGA: Jalur Perairan di Kota Perth Dipasangi Kamera CCTV

 

"Harganya bisa gila seperti di pasar saham. Banyak orang mendapatkan uang dari tulip tapi juga bisa kehilangan uang dalam jumlah yang banyak juga," tuturnya. 

BACA JUGA: Banyak Remaja Perempuan di Australia Dikirimi Foto Telanjang

Paul diwawancara jurnalis Indonesia yang ke Australia atas undangan Australia Plus ABC International kala Kebun Tulip Tesselaar miliknya menggelar Tesselaar Tulip Festival 2015 yang berlangsung pada September 2015 lalu.

Festival tulip ini sendiri berlangsung selama 4 pekan dari 10 September - 6 Oktober 2015. Setiap pekan, festival tulip ini memiliki tema tersendiri. Nah, salah satu temanya, adalah mengingatkan akan negara asal bunga tulip tersebut. 

"Tulip itu aslinya berasal dari Turki dan Asia Kecil. Lebih dari 400 tahun lalu, Turki menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival tulip pertama. Turki memiliki hubungan erat dengan tulip, bahkan menjadi simbol nasional di Turki," ungkap Paul.

Keterangan Paul akan sejarah bunga tulip ini bisa ditemukan dalam papan-papan keterangan yang dipasang di kebun-kebun tulip yang menghampar di lahan seluas 25 are atau setara 10 hektare ini.

Seperti yang didapati dalam papan keterangan berjudul "Tulip in Turkey" misalnya, dijelaskan bahwa tulip berasal dari pegunungan berbatu di Turki.

Di Turki, bunga tulip dikenal dengan nama "Lale", bahasa Persia untuk bunga lili, dan sangat dihormati pada masa Bizantium dan Ottoman hingga bisa ditemukan dalam puisi dan benda seni ribuan tahun lalu. Turki jugalah yang pertama kali menanam bunga tulip ini di kebun Sultan Mehmed II yang berkuasa pada tahun 1451-1481.


Konon bunga tulip berasal dari pegunungan berbatu di Turki. (Foto: Hany Koesumawardani).

 

Kemudian Sultan Sulaiman I (1520-1566) yang menjadi penguasa kekaisaran Ottoman dikenal sebagai penguasa hebat, sastrawan, filsuf dan pecinta kebun menjadikan tulip sebagai bunga resmi di istananya. Daftar varietas tulip sendiri diterbitkan tahun 1630, di mana saat itu tulip dibudidayakan oleh Sultan Murad IV yang berkuasa pada 1623-1640.

Lantas, masa kejayaan tulip di Turki mencapai puncaknya kala Turki dipimpin Sultan Ahmed II yang berkuasa pada 1718-1730. Masa-masa tersebut di Turki dikenal sebagai "Lale Devri" alias "Era Tulip". Sultan Ahmed II sangat mencintai bunga ini hingga membuat aturan yang tegas bagi perdagangan bunga Turki. Siapa saja warga yang memperjualbelikan bunga tulip akan dihukum dengan cara diasingkan. Di era itu pula, harga tulip melonjak gila-gilaan.

Sultan Ahmed II juga menggelar festival tulip pertama di dunia, besar-besaran. Sekitar 500 ribu tulip ditanam di halaman istana Sultan Ahmed yang dipasangi kaca-kaca agar menimbulkan ilusi bunga tulip yang makin banyak. Di antara bunga-bunga itu ada hewan-hewan eksotis, seperti kura-kura yang tempurungnya dipasang lilin untuk menerangi kebun tulip. Di atasnya, ada sangkar burung bulbul beryanyi-nyanyi. Ada pula pertunjukan musik yang mengiringi festival yang diadakan selama bulan purnama hingga bunga tulipnya gugur dari tangkainya. Mewah!

Maka begitulah, kami datang saat festival itu memiliki tema "Turkish Week". Suasana Turki dibangun dengan banyaknya foodtruck yang menjual makanan Turki seperti kebab, baklava dan sebagainya. Ada pula stan yang menjual barang-barang kerajinan khas Turki seperti lampion. Pun panggung yang menampilkan pertunjukan musik Turki hingga tari perut.

"Pekan pertama memang Pekan Turki untuk mengingat dari mana aslinya bunga itu. Pekan kedua, bertema Belanda, untuk merayakan warisan kami pada bunga tulip. Kakek dan nenek saya dari Belanda. Ada juga pekan Food Wine dan Jazz juga ada Pekan Irlandia," tutur Paul.

Paul adalah generasi ketiga imigran asal Belanda. Kakek-nenek Paul bermigrasi dari Belanda tahun 1939 dan sesampainya di Australia, kakek-neneknya mulai menanam tulip di suatu kebun kecil. Tahun 1954, kebun kakek-neneknya yang ditanami tulip makin jadi perhatian orang. Maka sejak saat itu kebun tulip Tesselaar dibuka untuk umum dan digelarlah Festival Tulip Tesselaar.

"Ini festival yang ke-62 kalinya. Sekitar 700 ribu tulip dari 120 varietas dari berbagai warna yang ada dalam unsur warna pelangi ditanam tahun ini," tutur Paul.

Paul memaparkan untuk menyiapkan tangkai-tangkai tulip untuk dipamerkan selama 4 pekan bukanlah perkara mudah. Bibit-bibit tulip itu ditanam setahun sebelumnya. Bibit tulip haruslah muncul kuncupnya di musim gugur, kemudian dipelihara hingga musim dingin, hingga membuatnya mekar di saat musim semi, kala festival tulip diadakan. Usai festival tulip usai dan musim panas tiba, tanaman-tanaman tulip yang sudah melampaui waktu mekarnya itu dibabat habis untuk ditanami kembali.

"Agak brutal memang kedengarannya, tapi kami melakukannya untuk ditanam lagi," jelas Paul.

Tantangan membudidayakan tulip itu, menurutnya, adalah memastikan tulip mendapatkan hujan yang cukup saat musim dingin, mulai mekar di musim semi dan menjaganya dari berbagai virus.

"Dan memastikan bunga mekar dengan baik saat pengunjung datang saat musim semi," tuturnya.

Saat festival, Paul juga harus memastikan bahwa fasilitas seperti lahan parkir hingga toilet cukup dan membuat para pengunjung cukup nyaman. Sekitar 4 pekan festival, Tesselaar Tulip Festival mengumpulkan sekitar 100 ribu pengunjung.

"Festivalnya sendiri juga sangat mahal untuk mengatur parkir, toilet dan sebagainya," jelas dia.

Maka tiket setara AU$ 20-24 diberlakukan untuk menikmati festival tulip. Sepadan dengan keindahan memandangi, menyentuh, merasakan, membaui hingga selfie dengan bunga tulip yang cantik itu. Sepuasnya!

*Dapatkan kesempatan memenangkan boneka beruang Bobbie, khas Australia, yang memiliki harum bunga lavender dengan menceritakan apa yang paling Anda sukai dari Australia. Caranya? Tulis di akun Twitter Anda dengan tag #JendelaAustralia. Ikuti akun @APlusIndonesia untuk mengetahui pemenangnya. 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Universitas Tasmania Terima 130 Gitar Sumbangan dari Dermawan Tanpa Nama

Berita Terkait