Lama Terbelit Utang, Lunas Berkat Cabai

Selasa, 07 Maret 2017 – 00:07 WIB
Asep Eko DS saat melakukan panen cabai di kebun miliknya. Foto: ARJONI/Radar Sampit/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Asep Eko DS saat masih kuliah dikenal sebagai aktivis kampus. Dia juga aktif di berbagai organisasi kepemudaan, masyarakat, hingga ikut kepengurusan partai politik.

Saat itu dia keinginan kuatnya adalah bisa sebagai wakil rakyat. Tidak pernah terbayangkan pada akhirnya dia menggeluti usaha pertanian, khususnya bertani cabai.

BACA JUGA: Saipul Si Setrika Arang, Punya Pelanggan Anggota Dewan

ARJONI, Palangka Raya

SENYUM dan keramahan menyambut kedatangan Radar Sampit (Jawa Pos Group) ketika tiba di rumah kayu jalan Garuda I Kompleks Trans Migrasi Km 38 Tjilik Riwut Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (2/3) siang sekitar pukul 14.00 WIB.

BACA JUGA: Bukan Hanya Cabai Dicuri, Pohonnya pun Dicabuti, Parah!

Saat itu kondisi rumahnya sedang direnovasi, di bagian tengah dan bagian dapur.

Dua orang tukang terlihat asik mengerjakan dapur rumah yang di samping kirinya terdapat kolam ikan berukuran 2x4 meter.

BACA JUGA: Dokter Muda Nyambi Bisnis, Pernah Rp 150 Juta per Bulan

Lantas Asep mengajak Radar Sampit duduk di ruang tamu rumah. Didampingi istri, dia mulai cerita tentang awal mula mereka memutuskan untuk bertani, khususnya bertani cabai.

Bertani, awalnya hanya dilakukan istrinya Meri Susanti, pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 Meri Susanti kersikukuh untuk bertani, dia meminta sang suami untuk menyiapkan polybag untuk ditanami cabai.

Namun, itu sering diabaikan Asep dan Asep lebih mengutamakan pekerjaanya sebagai staf dewan dan asyik dengan berbagai organisasi.

Meri juga tidak berputus asa. Usahanya untuk membujuk dan mendorong sang suami terus dilakukan walau respon sangat kurang.

Akhirnya Meri menanam sendiri dan meminta Asep sebelum bekerja atau ke Palangka Raya untuk mencangkul terlebih dahulu untuk bertanama cabai.

"Saking jengkelnya dulu itu, kalau Papah Lila (Asep, Red) mau berangkat ke kota atau bekerja saya minta agar mencangkul dulu. Kalau tidak dia tidak boleh pergi. Itu saya minta syaratnya. Dari situ sebelum berangkat dia mulai mencangkul lahan untuk ditanam cabai," ucap Meri Susanti.

Saat itu kondisi keuangan makin sulit, apalagi orangtua Asep sedang sakit, yang memerlukan biaya pengobatan.

Sementara Asep anak satu-satunya, sehingga gajinya saat menjadi staf dewan waktu itu tidak mencukupi karena harus berbagi dengan orangtua.

Asep memutuskan untuk menjadi petugas pendamping desa dan itupun masih tidak menutupi untuk kebutuhan keluarga.

Terlilit utang dimana-mana dan tidak berani pulang ke rumah pernah dialami oleh Asep.

"Pernah Papah Lila gak berani pulang ke rumah dan takut setiap ada telepon, sebab ditagih utang yang sudah menunggak tujuh bulan," ujarnya.

Tahun 2016 Asep memutuskan untuk berhenti kerja sebagai pendamping desa dan memutuskan untuk tidak terlibat dalam oragnaisasi apapun, baik pemuda maupun parpol.

Padahal, Asep masih aktif sebagai pengurus organisasi NU, KNPI dan partai politik waktu itu.

Atas dorongan dan motivasi dari sang istri, Asep memfokuskan diri untuk bertani cabai.

Dibantu istrinya yang merupakan lulusan Fakultas Pertanian, Asep kuatkan tekad dan mempersiapkan mental untuk mulai bertani.

"Memang modal pertama adalah mental. Mental harus kuat untuk bertani ini, karena banyak yang mengganggap pekerjaan bertani kotor dan pekerjaan rendahan. Banyak yang mencibir ketika saya memutuskan menghentikan semua kegiatan di organisasi untuk memulai bertani. Ada yang bilang percuma orangtua menguliahkan tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya bertani, tetapi saya dan istri cuek serta terus melanjutkan bertani," ungkapnya.

Diakui Asep, saat awal hingga penan pertama bertani cabai sangat berat.

Menyiapkan dana Rp 75 juta sangat berat untuk bertani di lahan 2 hektare. Menyiapkan dana itu Asep dan istri mengutang sana sini, baik ke bank hingga rentenir.

"Awalnya utang sana sini untuk modal, gadaikan surat tanah dan sebagainya. Pernah menghubungi rekan-rekan anggota dewan tempat saya bekerja dulu, tetapi mereka tidak merespon. Akhirnya dengan sangat terpaksa kami pinjam kepada rentenir, karena sudah berusaha tapi tak ada yang mau meminjamkan dana," ujarnya.

Pertanian cabai Asep dan istrinyapun terbilang sukses, dari semua bibit yang disemai dan ditanam tumbuh dengan baik dan subur.

Utang pun sudah bisa dibayarkan semua oleh Asep dan istrinya. (*/vin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pensiunan Guru Raup Untung Bersih Rp 100 Juta Per Tahun


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler