Lampaui Ikan, Udang Jadi Komoditas Tumbuh Tercepat

Jumat, 26 Agustus 2016 – 01:04 WIB
Ilustrasi. Foto: Radar Bangka

jpnn.com -  JAKARTA - Modernisasi dan praktik terbaik perikanan serta pemanfaatan probiotik yang lebih optimal dapat membawa Indonesia sebagai negara akuakultur papan atas dunia.

Setidaknya itu penilaian Ipsos Business Consulting, sebuah lembaga konsultan bisnis berbasis fakta terkemuka dalam hasil studi terbarunya. Saat ini, akuakultur (pertambakan) adalah sektor produksi pangan yang tumbuh paling cepat secara global.

BACA JUGA: Tolong, Petani Apel Sedang Alami Krisis

Nah, Indonesia merupakan produsen akuakultur terbesar keempat di dunia walau baru memanfaatkan 7.38 persen dari total luas potensialnya. Jika sektor ini terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan seperti saat ini, menciptakan 8,9 juta pekerjaan tetap, dengan nilai pasar USD 39,5 miliar pada 2030.

Proyeksi oleh WorldFish Foundation menunjukkan bahwa akuakultur akan tumbuh lebih dari 10,1 juta metrik ton per tahun

BACA JUGA: SMESCO Indonesia Fasilitasi Pertemuan Mitra UKM dengan Investor

Hal ini menunjukkan potensi yang luar biasa mengingat bahwa lebih dari 80 persen dari usaha perikanan Indonesia pada tahun 2014 masih usaha rumah tangga tradisional dan nelayan yang memanfaatkan teknologi sederhana.

Domy Halim, Senior Consulting Manager di Ipsos Business Consulting mengatakan, terus bertambahnya permintaan seafood global, produksi akuakultur diharapkan mengambil peran lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan perikanan tangkap di masa depan.

BACA JUGA: AP II Siapkan Penambahan Infrastruktur di Terminal 3

“Oleh karena itu, dengan dukungan pengetahuan dan teknologi yang tepat, Indonesia berada di posisi yang sangat baik untuk menjadi pemimpin pasar global,” ujarnya, Kamis (25/8).

Domy mengatakan bahwa meskipun perikanan tangkap secara tradisional telah menjadi kontributor utama ikan dan makanan laut, pertumbuhannya baru-baru ini jauh lebih lambat dibandingkan dengan akuakultur.

Dari 2015 sampai 2020, akuakultur diperkirakan tumbuh sebesar 3,7 persen CAGR. Sedangkan pertumbuhan perikanan tangkap akan stagnan di 0,4 persen selama periode yang sama.

Salah satu komoditas utama di Indonesia adalah udang di mana vannamei adalah spesies yang paling banyak diternakkan. Diperkirakan udang menyumbang sekitar USD 1,5 miliar dalam nilai ekspor.

Itu jika dibandingkan dengan sekitar satu miliar dan 0,2 milyar yang disumbangkan masing-masing ikan dan rumput laut dalam nilai ekspor. Lebih jauh, nilai ekspor udang juga disebutkan tumbuh yang tercepat secara keseluruhan, yaitu di angka 15,4 persen CAGR pada periode 2011-2014.

Sementara ikan dan rumput laut tumbuh masing-masing sebesar 1,4 persen dan 12,8 persen CAGR selama periode yang sama.

Dengan kombinasi nilai ekspor tertinggi dan tingkat pertumbuhan tercepat di antara komoditas utama, akuakultur udang bisa terbukti menarik bagi perusahaan yang ingin meningkatkan pertumbuhannya.

Pembudidayaan udang bukanlah bebas risiko. Wabah penyakit seperti penyakit white feses (WFD) dan sindrom virus white spot (WSSV) dapat mengurangi tingkat bertahan hidup udang hingga di bawah 30 persen dan bahkan memusnahkan seluruh hasil panen.

Juanri, Konsultan Senior di Ipsos Business Consulting, mengatakan bahwa, dengan minimnya pengobatan efektif untuk penyakit udang, petani hanya mengandalkan langkah-langkah preventif untuk meningkatkan kesehatan udang.

“Salah satu alternatif yang sering ditemukan adalah penggunaan probiotik. Meningkatnya popularitas probiotik dapat dikaitkan bukan dengan hanya peningkatan volume produksi dan lahan budidaya akuakultur, tetapi juga meningkatnya intensifikasi praktik pertambakan dan larangan penggunaan antibiotik,” ujarnya.

Juanri mengatakan bahwa kedua faktor tersebut terlihat terus mendorong pertumbuhan volume pasar probiotik dengan taksiran 10,2 persen CAGR pada periode 2016-2020.

Loyalitas merek probiotik yang rendah dan tingkat penetrasi yang rendah yaitu sebesar 19 persen di kalangan petani udang menandakan ada potensi pasar yang belum dimanfaatkan. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus Gerindra Curiga Kabar Kenaikan Rokok Pengalihan Isu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler