Langkah BI Dinilai Hanya Mencegah Kepanikan

Minggu, 02 September 2018 – 17:11 WIB
Bank Indonesia. Foto: Ilana Adi Perdana/Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan menilai langkah Bank Indonesia melakukan intervensi triliunan rupiah di pasar SBN (Surat Berharga Negara) untuk mengantisipasi pelemahan rupiah cuman solusi jangka pendek untuk mencegah kepanikan.

Termasuk juga langkah yang dilakukan BI, meningkatkan suku bunga acuan oleh BI, sangat bersifat jangka pendek. "Itu bisa ditafsir sebagai panic button. Itu dilakukan untuk menahan capital outflow dana asing," kata Heri kepada JPNN, Minggu (2/9).

BACA JUGA: Nilai Dolar Melesat, Fadli: Ini Warning Membahayakan

Terjadinya capital outflow menurut politikus Gerindra ini, akan membuat nilai tukar rupiah terus tertekan. Aliran modal asing yang keluar semakin tinggi. Saat ini, mencapai Rp 8,6 triliun (year to date/ytd) sejak awal 2018.

Karena itu pemerintah, Kemenkeu, BI dan OJK mesti mengobati masalah fundamentalnya dengan memperkuat kinerja ekonomi domestik. Pada konteks itu, pemerintah harus menjaga daya beli masyarakat dengan menciptakan stabilitas harga, baik untuk Bahan Bakar Minyak (BBM), listrik khususnya harga pangan.

BACA JUGA: Transaksi Kliring Meningkat 30 Persen

Langkah lain yang juga penting adalah pengetatan terhadap devisa hasil ekspor, di tengah maraknya impor pangan dan rencana kebijakan pemerintah menaikan pajak penghasilan (PPh) atas 900 barang konsumsi import yang bisa diartikan respons terhadap makin menipisnya cadangan devisa dan defisit transaksi berjalan.

"Itu juga mempertegas bahwa memang masalah mendasar pelemahan rupiah kita karena pengelolaan internal yang belum baik," tegasnya.

BACA JUGA: Rupiah Melemah, Pakar: Kondisinya Beda dengan Krisis 98

Ketua DPP Gerindra ini menyebutkan, instrumen pajak penghasilan (PPh) akan digunakan pemerintah untuk mengendalikan derasnya barang-barang impor yang selama ini menjadi penyebab defisit transaksi berjalan (CAD) bengkak. Melebarnya CAD membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

Karena itu, kata Heri, pelemahan rupiah tidak melulu faktor eksternal. Pemerintah tak boleh terus-terusan menggeser kesalahan internal menjadi faktor ekternal.

"Ini bukan melulu karena kebijakan global. Masalahnya adalah pengelolaan ekonomi domestik yang keliru. Ini masalah fundamental yang disebut-sebut oleh pakar tentang: account defisit, primary balance defisit, service payment defisit. Itu semua akhirnya menyebabkan adanya defisit. (fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... GPN Bikin BI Hemat Rp 17 Miliar Per Hari


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler