Langkah Wahid Foundation Cegah Intoleransi ini Patut Ditiru

Sabtu, 09 Oktober 2021 – 21:53 WIB
Ilustrasi - Yenny Wahid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, SOLO - Langkah Wahid Foundation mencegah intoleransi di Solo, Jawa Tengah, patut ditiru.

Organisasi kemanusiaan ini berupaya mencegah intoleransi lewat Deklarasi Desa Damai yang diselenggarakan di Taman Pringgodani, Kelurahan Jebres, Solo, Sabtu (9/10).

BACA JUGA: Herman Herry Minta ini ke Kapolri Terkait Dugaan Ayah Mencabuli 3 Anak Kandung

Menurut Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid, kawasan tersebut dipilih sebagai Desa Damai karena pernah terjadi kasus radikalisme dan intoleransi di kawasan tersebut.

"Makanya kami masuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat."

BACA JUGA: Perindo Buat Terobosan, Bakal Jadi yang Pertama di Indonesia

"Ini juga dilakukan di semua provinsi dan kota yang ada kasusnya. Dengan demikian, lebih mudah membandingkan kasusnya," katanya.

Yenny mengakui kasus intoleransi di Kota Solo relatif rendah, jika dibanding daerah lain.

BACA JUGA: Cucu Presiden Jokowi ini Luar Biasa, Usia 3 Tahun Hafal Lagu Kebangsaan

Berdasarkan survei yang dilakukan Wahid Foundation, kasus intoleransi yang paling tinggi terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.

"Jateng cenderung lebih landai. Kami mengukur data agregat, bukan hanya satu fokus, toleransi di Solo secara keseluruhan cukup tinggi," katanya.

Menurut dia, dengan Program Desa Damai diharapkan dapat menciptakan mental positif di tengah masyarakat.

"Tidak mudah terpancing, terprovokasi, warga sudah dikuatkan."

"Penguatan ekonomi, pelatihan tentang toleransi, penghormatan terhadap keberagaman, dan penguatan peran perempuan."

"Evaluasi juga harus dilakukan terus-menerus," katanya.

Selain itu, katanya, pada program tersebut anak muda akan diajak bermain peran.

"Ketika dihadapkan pada skenario, ada yang memainkan peran sebagai korban, pelaku intoleran, tokoh agama, pejabat pemerintah."

"Dengan demikian, mereka langsung diajak memahami dan membentuk empati," katanya.

Dia mengatakan langkah tersebut penting mengingat saat ada sebagian masyarakat yang hanya dicekoki oleh satu narasi.

"Kadang warga enggak tahu, hanya dicekoki satu narasi saja, narasi tentang kafir, jihad, hanya agama tertentu yang bisa membawa kebenaran."

"Dalam konteks bernegara harus ada rasa saling memahami dan menghormati," pungkas Yenny Wahid.(Antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler