Lansia Rawan Depresi

Jumat, 02 Januari 2015 – 13:23 WIB
Ilustrasi. FOTO: ist

SURABAYA - Menurut survei terbaru WHO, angka harapan hidup di Indonesia naik daripada sepuluh tahun lalu. Dahulu usia harapan hidup rata-rata mencapai 50 atau 60 tahunan. Sekarang rata-rata angka harapan hidup berada di kisaran 68-71 tahun. Menurut dr Hendro Riyanto SpKJ MM, naiknya harapan hidup itu memengaruhi komposisi usia penduduk lima tahun mendatang. "Tahun 2020, piramida penduduk akan terbalik. Jumlah lansia lebih banyak daripada anak-anak," ucap Hendro. 

Angka penduduk di atas 60 tahun mencapai 15-20 persen dari total penduduk Indonesia. Sayangnya, panjangnya usia lansia itu diikuti panjangnya daftar masalah kesehatan.

Salah satunya adalah masalah kejiwaan, yakni depresi. Depresi lansia, menurut dokter sekaligus dosen Universitas Wijaya Kusuma itu, dipicu banyak faktor. Pertama, faktor penyakit degeneratif. Para lansia umumnya stres karena penyakit-penyakit yang mulai bermunculan. 

Penyakit lansia, kata Hendro, memang cukup kompleks. Pengobatannya membutuhkan waktu panjang. Itulah yang membuat kaum lanjut usia sering pusing sendiri dan akhirnya stres. Selain penyakit, rasa kesepian pada lansia bisa berujung depresi. "Mereka merasa tidak mampu, tidak ada penghasilan. Kerja pun enggak maksimal. Apalagi banyak dari mereka yang ditinggal pasangan dan anak cucu," kata spesialis jiwa itu. 

Pelariannya, mereka merenung dan murung. Untuk mencegah depresi pada lansia, dibutuhkan peran ekstra anak dan keluarga. Komunikasi harus baik. Nenek dan kakek tidak boleh merasa kesepian karena merasa "ditinggal". "Ajak mereka komunikasi. Perhatikan kebutuhannya. Tidak perlu dimanja berlebihan. Yang penting, mereka tahu bahwa keluarga ada untuk mereka," kata Hendro.

Pemerintah juga wajib berperan serta dalam mengentas depresi lansia. Caranya menyiapkan program pascapensiun bagi para pekerja. Bentuknya bisa pelatihan investasi di masa tua atau memberikan pekerjaan bagi lansia. "Lihat Singapura atau Hongkong. Lansianya tetap kerja meski sebatas jadicleaning service atau kerjaan ringan," kata dokter kelahiran Madiun itu. 

Dengan bekerja, rasa percaya diri lansia akan naik. Mereka bisa membuktikan mampu mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Secara umum, Hendro berharap anak-anak tidak melupakan orang tua selepas mereka menikah. Meski bisa berkumpul setiap hari dengan mereka, komunikasi tetap harus berjalan baik. Keluarga para lansia juga harus tahu bahwa seiring usia, fisik dan daya pikir mereka akan menurun. "Tidak peduli seperti orang tua belasan atau puluhan tahun ke depan, mereka tetap orang tua. Hormati dan rawat mereka," tegas Hendro. 

Dia menjelaskan, keluarga adalah rumah terbaik bagi kaum lanjut usia. Karena itu, kesehatan psikis orang tua wajib menjadi tanggungan bersama. (fam/c6/ayi)

BACA JUGA: Berinvestasi pada Anak Lewat Mendongeng

BACA ARTIKEL LAINNYA... Resolusi Sehat 2015: Jangan Takut Menjadi Tua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler