LaNyalla: Sesi Ketahanan Pangan G20 Sebaiknya Mendengar Aspirasi Aktivis Lingkungan

Selasa, 15 November 2022 – 07:02 WIB
Ketua DPD RI LaNyalla Mattalitti menghadiri KTT G20 di Bali. Foto: Tim DPD RI

jpnn.com - BALI - Badan Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization atau FAO) telah memberikan peringatan soal ancaman global yang serius, yakni krisis pangan.

Terkait dengan hal itu, Ketua DPD RI LaNyalla Mahmud Mattalitti pun berharap Indonesia serius membahas ketahanan pangan dengan paradigma kedaulatan dalam negeri, pada Sesi Ketahanan Pangan G20.

BACA JUGA: Media China Gencar Beritakan G20, Sambutan Warga Bali untuk Xi Jinping Jadi Sorotan

“Indonesia mampu membangun ketahanan pangan tanpa ketergantungan dengan bahan yang masih harus diimpor. Termasuk bahan baku pupuk kimia dan obat-obatan serta vaksin ternak,” ujar LaNyalla di Bali, Selasa (15/11).

Ketua DPD RI menghadiri KTT G20 didampingi anggota DPD RI asal Aceh Fachrul Razi, staf khusus Ketua DPD RI Brigjen Amostian, staf ahli Ketua DPD RI Baso Juherman dan Kabag Sekretariat Ketua DPD RI Azmaryadhy.

BACA JUGA: LaNyalla Berharap Indonesia Memberikan Jalan Tengah Demi Kepentingan Dunia

Menurut LaNyalla, untuk membangun ketahanan pangan tanpa bahan impor itu, industri penunjangnya harus dibangun di Indonesia, dengan bahan baku lokal.

LaNyalla mengatakan negara-negara G20 termasuk AS, Brazil, Tiongkok, dan India sudah menerapkan bioteknologi agrikultur. Namun, Indonesia masih mendiskusikan meski sudah memiliki lembaga riset dan penelitian terkait itu.

BACA JUGA: LaNyalla: Masa Depan Indonesia Harus Dipersiapkan dari Sekarang

“Bioteknologi terbukti sebagai jawaban atas perubahan iklim, krisis air, sekaligus pengurangan pestisida dan emisi karbon dunia. Itu jika orientasi bioteknologi dibaurkan dengan program lingkungan hidup dan energi hijau,” katanya.

LaNyalla berharap Sesi Ketahanan Pangan G20 bisa mendengar aspirasi dari para pegiat lingkungan, seperti Greenpeace, Walhi, dan lainnya yang sudah menyuarakan kritik dan masukan.

"Kritik mereka membangun. Termasuk kritik terhadap program Food Estate Singkong di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang kini videonya viral. Selain dianggap gagal, juga berdampak alih fungsi hutan cukup luas,” kata pria yang juga Ketua Dewan Penasehat KADIN Jawa Timur itu.

LaNyalla melanjutkan, pemerintah melalui menteri keuangan sudah mengatakan bahwa ada ancaman yang lebih dahsyat dari pandemi Covid-19, yaitu perubahan iklim, karena pemanasan global yang juga disumbang deforestasi hutan.

LaNyalla pun mendorong Indonesia masa depan, dengan keunggulan komparatif sumber daya alam serta jumlah penduduk usia produktif, seharusnya mampu menjadi lumbung pangan dunia dan penghasil oksigen melalui biodiversitas hutan. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler