jpnn.com, JAKARTA - Kisah perjuangan seorang guru honorer di Jawa Timur bernama Andik Santoso menjadi perhatian masyarakat.
Andik setiap hari menempuh jarak 17 kilometer dari tempat tinggalnya di Lamongan, Jatim ke Sekolah Dasar Negeri Jipurapah 2, Kedung Dendeng, Kecamatan Plandaan, Jombang, untuk mengajar.
BACA JUGA: Jokowi 2 Kali Terbitkan Keppres Pengangkatan PNS, Guru dan Tendik Honorer Juga Pengin
Kisah Andik Santoso sampai juga ke telinga Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Mantan ketua umum PSSI itu mengapresiasi kesungguhan perjuangan guru honorer memiliki dedikasi tinggi dalam mengajar.
BACA JUGA: Nasib 34 Ribu Guru PPPK Hasil Seleksi 2019 tidak Jelas, Bang Azis Bereaksi Begini
"Beliau mengajar dengan jarak dan waktu tempuh cukup jauh. Sekolahnya juga berada di pelosok,” kata LaNyalla dalam keterangannya, Kamis (15/4).
Namun, lanjut LaNyalla, Andik Santoso sudah 14 tahun mengabdi meskipun berstatus sebagi guru honorer dengan gaji Rp 300 ribu.
BACA JUGA: Bidan PTT jadi PNS pakai Keppres, Mengapa Guru dan Tendik Honorer Tidak Bisa?
“Ini perjuangan berat yang harus diapresiasi," tegasnya.
Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jatim itu meminta kisah-kisah guru heroik yang berjuang mengajar di daerah terpencil dan jarak tempuh yang jauh, seharusnya diberikan apresiasi dan penghormatan.
"Salah satunya bisa berupa honor yang layak dari tunjangan daerah melalui kebijakan yang dibuat dalam klausul tersendiri atau diangkat menjadi PNS," kata alumnus Universitas Brawijaya Malang tersebut.
Dia menegaskan sudah semestinya nasib orang-orang seperti Andik Santoso diangkat setinggi-tingginya.
"Kita harus angkat para pejuang pendidikan dan jangan melihatnya seolah itu kewajiban seorang guru honorer," ujar senator Dapil Jawa Timur itu.
LaNyalla mengaku apabila memungkinan dia ingin bertemu dengan Andik Santoso.
Dia pengin berbincang bersama dengan Andik Santoso agar kisah dan perjuangan tersebut menjadi penyemangat bagi semua.
Sebagaimana diketahui, perjuangan Andik Santoso saat berangkat menuju ke tempat mengajar sangatlah melelahkan. Andik Santoso harus menyeberangi tiga sungai tanpa jembatan terlebih dahulu untuk sampai di SDN Jipurapah.
Tak hanya itu, Andik harus melewati jalanan berlumpur yang dapat menjebak ban motornya. Andik hanya mendapatkan gaji Rp 300 ribu setiap bulan.
Sementara bila dihitung pengeluarannya, tentu gaji Andik tidaklah cukup untuk mengganti ongkos harian menuju tempat mengajarnya. (*/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Boy