jpnn.com, JAKARTA - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, fenomena superblue blood moon yang terjadi Rabu (31/1) menjadi bantahan nyata bagi pihak-pihak yang memercayai bumi berbentuk datar.
"Ayo, buktikan bumi itu benar-benar bulat dengan melihat gerhana bulan. Semua pemahaman bumi datar tergolong sains semu (pseudoscience). Kejadian gerhana bulan adalah pukulan telak yang membantah dongeng bumi datar," tutur Thomas, Selasa (30/1).
BACA JUGA: Jam Gadang dan Gerhana Bulan
Dia menyebut kelompok yang memercayai bumi berbentuk datar tidak bisa menjelaskan fenomena gerhana bulan secara logis.
Waktu kejadian gerhana dan prosesnya pun tidak bisa dijelaskan secara sistematis.
BACA JUGA: Warga Vila Mas Indah Tak Bisa Saksikan Gerhana Bulan
Menurut Thomas, gerhana bulan merupakan momen tepat untuk membuktikan bentuk bumi.
Sebab, bayangan akan terlihat ketika bulan menjadi gelap.
BACA JUGA: Ada Gerhana Bulan, Ini Ajakan Zulkifli Hasan
“Bayangan yang menggelapi bulan itu adalah bayangan bumi. Jadi, kelengkungan bayangan di permukaan bulan ketika proses gerhana itu mutlak menunjukan bentuk bumi sesungguhnya,” tambah Thomas.
Thomas menambahkan, peristiwa serupa masih akan terus terjadi pada lain kesempatan.
Dia mengaku tidak bosan meyakinkan pihak-pihak yang memercayai bumi berbentuk datar.
Caranya melalui berbagai metode dan penjelasan ilmiah dan fenomena-fenomena alam lainnya.
Namun, Thomas tetap menghormati perbedaan keyakinan yang dianut pihak-pihak yang memercayai bumi berbentuk datar. (ce1/ryn/jpc/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerhana Bulan dan Supermoon Berbahaya bagi Ibu Hamil?
Redaktur & Reporter : Ragil