jpnn.com - MEULABOH – Agus Salim (50) seorang nelayan yang sudah 14 bulan hilang di lautan, ternyata masih hidup sebagai pekerja paksa dalam kapal milik warga negara asing. Sang istri, Hamilah (46) dan anak (Gita Fazila (21) menangis di hadapan wartawan, di kediamannya pada Senin (25/1).
Mereka merupakan warga Desa Panggong, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Istri dan anak Agus ini, menyatakan sempat berbicara melalui telepon genggam dengan Agus beberapa hari lalu.
BACA JUGA: Satpol PP Amankan Bocah SMP Lagi Pacaran di Tempat Gelap dan Pakai Kaos ISIS
Agus Salim merupakan nelayan yang dinyatakan hilang di lautan pada akhir Tahun 2014. Gita cerita, dalam pembicaraan telepon, ayahnya cerita sempat terombang-ambing dihempas ombak selama dua pekan, sampai akhirnya diselamatkan oleh sebuah kapal nelayan.
”Diselamatkan kapal itu, malah dijadikan perkerja paksa tanpa digaji. Posisi ayah di India,” ungkap anaknya.
BACA JUGA: Kutai Timur Kehilangan Pemasukan Rp 30 M per Tahun
Lewat sambungan telepon itu, sang ayah menjelaskan kondisinya dengan suara berbisik-bisik. Tapi pesan sang ayah, dia harus dapat kembali pulang ke kampung halaman desa Panggong, sebelum Idul Fitri 2016.
“Tapi, ayah mempertanyakan apakah kami tetap menerimanya, sebab wajahnya telah mengalami rusak parah saat terdampar selama dua pekan di lautan,” kata Gita.
BACA JUGA: Ancam Angkat Senjata jika Din Minimi Diberi Amnesti
Saat wartawan menanyakan bagaimana kisah dapat memperoleh nomor telpon, Gita menjelaskan, saat mereka berada di rumah saudara di Manggeng, Kabupaten Abdya, terdapat teman ayahnya (Agus Salim) bernama Yanda juga berasal dari Manggeng.
Lalu diberikan nomor telpon tempat ayahnya bekerja. Tapi, saat dihubungi, malah seorang wanita menjawab dengan logat bahasa Malaysia. “Tapi wanita itu menjelaskan kalau ayah sedang kerja meminta nanti dapat dihubungi kembali,” kisahnya.
Malam harinya, kembali Gita menelpon sampai 20 kali, namun tetap tidak diangkat. Esok harinya, Gita kembali menelpon, tapi saat diangkat oleh wanita berbahasa Malaysia itu, hanya menjelaskan kalau tidak ada pekarja bernama Agus Salim di tempatnya.
Karena yakin jika sang ayah berada di tempat itu, dengan penuh permohonan, Gita meminta supaya dapat diberikan nomor telpon pekerja lain, sampai diberikan nomor telpon pekerja asal Kuala Bak’u, Aceh Selatan, sampai berhasil disambungkan kepada ayahnya.
Gita sangat yakin kalau ayahnya masih hidup. Ia menjadi pekerja paksa tanpa dibayar dengan ditempatkan pada barak 0311. Barak tersebut dikawal oleh penjaga dan dua ekor anjing.
”Saya memohon pemerintah dapat menolong proses pemulangan ayah saya,” pintanya dengan penuh harap. (den/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buaya yang Nongol Itu Jangan Diganggu, Katanya...
Redaktur : Tim Redaksi