Laporkan Semen Tiongkok ke KPPU, Andre Gerindra: Pak Jokowi, Segera Bangun dari Tidur

Senin, 09 September 2019 – 12:48 WIB
Wakil Sekjen Gerindra Andre Rosiade bersama Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP-ISI) di kantor KPPU, Jakarta Pusat, Senin (9/9). Foto: Elfany Kurniawan/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade bersama Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP-ISI) mendatangi kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta Pusat, Senin (9/9).

Kedatangan anggota DPR terpilih dari daerah pemilihan Sumatera Barat I itu di KPPU untuk menyerahkan bukti dugaan persaingan usaha tidak sehat oleh perusahaan semen dari Tiongkok.

BACA JUGA: Di Istana, Andre Gerindra Tuding Jokowi Selalu Berpihak ke Tiongkok

Andre menyerahkan bukti penjualan semen Conch asal Tongkok di pasar ritel yang harganya jauh di bawah biaya pokok produksi. Menurutnya, ada praktik jual rugi atau predatory pricing oleh perusahaan Tiongkok sehingga melanggar Pasal 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

"Industri semen sangat kompetitif, harga bahan baku antar pabrik relatif sama. Aneh jika harga jual semen Tiongkok ini lebih rendah dari biaya pokok produksi. Untuk itu kami sangat yakin bahwa dapat diduga terjadi praktik jual rugi,” ujar Andre di kantor KPPU.

BACA JUGA: Semen Indonesia Siapkan Rp 3,3 T untuk Biayai Proyek Ini

Juru bicara Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno di Pilpres 2019 itu menambahkan, berdasarkan simulasi yang dibuat oleh FSP-ISI, harga semen yang ditawarkan perusahaan Tiongkok jauh lebih rendah dari ongkos produksinya. FSP-ISI membuat simulasi itu menggunakan data pasar.

"Harga modal per sak semen Rp 53.000, namun semen Tiongkok dijual di harga Rp 45.000. Data yang kami gunakan adalah data dari pasar," beber Andre.

BACA JUGA: Soal Pemindahan Ibu Kota, Andre Rosiade Khawatir Pemerintah Utang ke Tiongkok

Lebih lanjut Andre mengatakan, praktik jual rugi oleh perusahaan Tiongkok itu dalam jangka pendek memang menguntungkan konsumen. Namun, katanya, praktik itu untuk jangka panjangnya bisa mengancam industri semen dalam negeri.

Salah satu contoh adalah kasus matinya Semen Tarjun Indocement di Kalimantan Selatan. Dahulu, semen Tarjun Indocement dijual di harga Rp 53.000.

Namun, semen dari Tiongkok dujual di harga Rp 50.000. Setelah Tarjun Indocemen mati, semen asal Tiongkok dijual dengan harga lebih mahal.

“Begitu pabrik Tarjun di Kalimantan Selatan mati, harga semen Tiongkok dikerek ke angka Rp 65.000 per sak. Inilah yang ditakutkan bila nanti semen lokal mati,” sambung Andre.

Karena itu Andre mengharapkan KPPU segera menindaklanjuti bukti-bukti itu dan mengusutnya. Dia juga mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar segera bersikap.

“Pak Jokowi, segera bangun dari tidurnya, karena industri semen Indonesia ini sedang di ujung tanduk,” tandas Andre. (cuy/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler