Larangan Ekspor CPO Bikin Harga TBS Ambyar, Tak Ada yang Membeli Sawit

Minggu, 08 Mei 2022 – 06:06 WIB
Petani sawit di Kalimantan Timur (Kaltim) mulai merasakan dampak larangan ekspor CPO. Foto: ANTARA FOTO/Rahmad

jpnn.com, JAKARTA - Petani sawit di Kalimantan Timur (Kaltim) mulai merasakan dampak larangan ekspor CPO, minyak goreng, Refined, Bleached, and Deodorised (RBD) palm oil, dan RBD palm olein sejak 28 April 2022.

"Sepekan sebelum Lebaran, kami sudah tidak bisa panen sawit. Tidak ada pengepul yang mau beli lagi," kata petani sawit Wisnu Ponco Wisudo di Marangkayu, Kutai Kartanegara, Jumat (6/5).

BACA JUGA: Larangan Eskpor CPO Bikin Harga TBS Sawit Morat-marit, PKS Usul Begini

Wisnu menjelaskan meski kebijakan pemerintah ini bertujuan baik untuk meningkatkan ketersediaan dan menurunkan harga minyak goreng di pasar lokal, namun, di sisi lain justru menggelisahkan petani.

Menurutnya, beberapa tandan buah sawit yang sudah sempat dipanen rusak karena tidak terjual.

BACA JUGA: Hore! Pabrik Kelapa Sawit Mulai Beroperasi, Sebegini Harga TBS Teranyar

"Beberapa kebutuhan Lebaran yang akan dibeli untuk anak dan istri terpaksa dibatalkan karena uang hasil penjualan sawit urung diterima," beber Wisnu.

Keluhan yang sama disampaikan petani sawit lainnya, Kalimantoro, di Muara Badak.

BACA JUGA: Harga Minyak Sawit Mentah Turun nih! Artinya?

Dia tak hanya kehilangan kesempatan mendapatkan uang untuk berlebaran, bahkan setelah Lebaran ini dia pun harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Kami berharap bisa segera dicabut atau diatur lebih baik lagi agar minyak goreng dalam negeri aman dan kami bisa menjual hasil sawit kami. Tidak seperti sekarang ini," kata Kalimantoro mengeluh.

Kalimantoro membeberkan sebelumnya penghentian pembelian sawit oleh para pengepul, harga TBS Sawit turun drastis menjadi sekitar Rp 1.800 per kilogram.

Padahal sebelum adanya kabar larangan ekspor sawit itu, harga TBS bisa mencapai Rp 2.900 di tingkat pengepul di desa-desa.

Seorang pengepul sawit di Marangkayu Hary Setiawan mengatakan mereka tidak bisa membeli sawit karena tak ada pengusaha yang mau membeli sejak adanya larangan ekspor tersebut.

"Biasa saya kirim ke Muara Badak. Tapi sekarang mereka tidak terima barang. Tentu saya gak mau ambil risiko. Kalau tidak terjual sawit akan rusak. Beda dengan karet," kata Hary.

Dia juga berharap larangan ekspor CPO dihentikan dan dibuka kembali. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler