Larangan Mudik, Perusahaan Otobus Terancam Kehilangan Miliaran Rupiah

Rabu, 22 April 2020 – 11:14 WIB
Banyak yang tak mengikuti imbauan pemerintah agar tidak mudik/pulang kampung selama masih ada wabah virus corona. Ilustrasi terminal bus. Foto dok JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan mengatakan, larangan mudik pada lebaran tahun ini membuat pemilik Perusahaan Otobus (PO) mengalami penurunan pendapatan secara drastis.

Pasalnya, adanya kebijakan larangan mudik tahun ini membuat seluruh pemilik perusahaan bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) harus berenti beroperasi.

BACA JUGA: Pemerintah Larang Mudik Lebaran, Seperti ini Skenario yang Disiapkan Kemenhub

"Bus AKAP hari ini yang beroperasi tinggal 10 persen. Dengan kebijakan ini mau tidak mau mereka (perusahaan otobus) harus menyetop operasional bus mereka. Pendapatan bisa turun hingga miliaran rupiah," tutur Kurnia saat dihubungin JPNN.com.

Menurut Kurnia, pemerintah harus bisa memperhatikan nasib karyawan perusahaan industri otobus ketika larangan mudik tahun diberlakukan.

BACA JUGA: Pemerintah Larang Mudik, Menko Luhut: Dalam Istilah Militer Dikenal Strategi Bertahap

"Di industri transportasi darat dari karyawan hingga sopir itu semuanya ada sekitar 1,3 juta orang di seluruh Indonesia. Terus itu mau bagaimana nasibnya," tanyanya.

Bukan hanya bus AKAP saja yang tidak beroperasi, tetapi perusahaan bus pariwisata sejak akhir Maret 2020 lalu sudah menghetikan operasi kendaraanya.

BACA JUGA: Lewat Cara ini, Kemenhub Terus Lakukan Optimalisasi Program Tol Laut

"Sekarang pemerintah harus mengetahui bahwa bus pariwisata dari akhir Februari sudah 80 persen tidak operasi dan akhir Maret kemarin 100 persen tidak beroperasi," katanya.

Diketahui, Presiden Indonesia Joko Widodo telah memutuskan untuk melarang semua warga mudik lebaran tahun ini. Larangan mudik itu mulai berlaku pada Jumat (24/4).

Langkah itu diambil untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau Covid-19.(mg9/jpnn)


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler