jpnn.com - JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) melalui musyawarah nasional alim ulama beberapa waktu lalu telah memutuskan penerapan sistem ahlul halli wal aqdi (AHWA) untuk memilih rais aam syuriah bagi organisasi keagamaan terbesar di tanah air itu. Pola AHWA yang menggunakan sistem perwakilan untuk memilih posisi tertinggi di NU itu akan diterapkan pada muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur, awal Agustus nanti.
Dukungan atas keputusan munas alim ulama NU tentang penerapan AHWA untuk memilih rais aam itu juga terus mengalir. Salah satunya dari Laskar Ahlussunnah Jamaah Wal Jamaah (Aswaja).
BACA JUGA: Rini Soemarno Dipanggil DPR terkait US$50 Miliar
Ketua Umum DPP Laskar Aswaja, Adhi Permana menyatakan keputusan munas NU agar rais aam syuriah dalam muktamar nanti dipilih melalui AHWA harus dihormati. Menurutnya, pemegang posisi rais aam syuriah memang harus figur mumpuni, mampu bersikap adil, berilmu, berintegritas, tawadlu, zuhud dan punya kemampuan pemimpin.
“Karena ulama itu adalah penerus nabi. Dan posisi rais aam tidak hanya bermakna pucuk pimpinan dalam struktur organisasi NU, tetapi juga merupakan simbol pemimpin panutan umat,” kata Adhi melalui rilisnya ke media, Minggu (28/6) malam.
BACA JUGA: Yakin Pernikahan Sejenis Tak Akan Ada di Indonesia?
Untuk memilih rais aam dengan kriteria yang ketat sepert itu, lanjut Adhi, tentunya tak bisa dilakukan oleh orang awam. Karena munas alim ulama NU memutuskan pembentukan AHWA yang akan memilih rais aam.
Adhi menegaskan, AHWA sebagai perwakilan kaum nahdliyin yang akan memilih rais aam tentu akan diisi oleh figur-figur yang arif, jujur, punya keteguhan sikap, berintegritas moral dan sifat-sifat luhur lainnya. Sifat itulah yang belum tentu dimiliki pemilih andai rais aam dilakukan melalui pemilihan suara terbanyak.
BACA JUGA: Margareith jadi Tersangka, Siti Kebanjiran Ucapan Selamat
“Tidak semua orang memenuhi syarat menjadi pemilih dengan karakteristik luhur, sehingga apabila pemilihan dilakukan secara langsung maka dikhawatirkan hasil pilihannya bukanlah figur rais aam seperti yang diharapkan," ujarnya.
Karenanya Laskar Aswaja juga akan mengawal keputusan munas alim ulama tentang AHWA untuk memilih rais aam itu. Adhi menegaskan, pola AHWA itu juga sesuai dengan ajaran fikih ahlussunah wal jamaah.
Adhi menegaskan, NU ketika memutuskan untuk kembali ke Khittah 1926 juga melalui forum AHWA. Bahkan mendiang KH Abdurrahman Wahid ketika naik menjadi ketua dewan tanfidz PBNU dalam muktamar ke-27 di Situbondo juga terpilih melalui model AHWA.
“Jadi konsep ini justru telah dikenal dan diamalkan oleh para ulama pendiri NU sejak tahun 1926 sampai dengan tahun 1952 ketika NU menjadi partai politik. Jadi kami sangat mendukung keputusan untuk menerapkan konsep AHWA sebagai bagian dari Khittah NU 1926,” pungkasnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Amien Rais Tak Layak Merendahkan Jokowi...
Redaktur : Tim Redaksi