Layanan Rumah Sakit Dikeluhkan

Minggu, 01 Desember 2013 – 03:09 WIB

jpnn.com - TANJUNG  REDEB – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, Tanjung Redeb, Kaltim, kembali dikeluhkan masyarakat. Pasalnya, salah seorang oknum dokter di rumah sakit tersebut dianggap terlalu mudah mengambil keputusan dalam menangani pasien yang jarinya nyaris putus, dan langsung memvonis untuk diamputasi.

Hal tersebut diungkapkan salah seorang warga berinisial Br kemarin kepada Berau Post (Grup JPNN). Permasalahan ini bermula ketika anak laki-lakinya Mf (3) pada 3 Oktober lalu terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit karena mendapatkan luka serius di 3 jari kanannya masuk dalam gir motor.

BACA JUGA: PLN Akui Byar-Pet Tak Bisa Diatasi

“Saya kebetulan waktu itu sedang di luar rumah, kakaknya manasi motor di teras rumah dan di gas, ternyata anak saya yang kecil ini main di belakang motor dan masukkan tangannya ke gir,” jelasnya.

Ketika di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Abdul Rivai langsung mendapatkan pertolongan pertama, namun ia harus kecewa ketika mendengar pernyataan dokter yang menangani hendak mengamputasi jari-jari anaknya.

BACA JUGA: Ribuan Siswa Nunut Sekolah

“Nah, memang katanya mau diamputasi, tapi awalnya mau dijahit dan diberi pen dulu. Karena lukanya kan melingkar, tapi kalau nggak ada perkembangan katanya mau diamputasi. Saya langsung minta rujuk ke Samarinda saja. Tapi ketika di Samarinda ternyata nggak diamputasi,” ungkapnya.

Lanjut Br, hingga saat ini tiga jari anaknya normal dan berfungsi dengan baik tanpa harus ada dipasang pen dan semacamnya.”Pokoknya ketika jam 11 itu masuk jam 1-nya saya berangkat ke Samarinda dan malam anak saya baru dioperasi untung saja nggak kenapa-kenapa dan operasinya berjalan lancar,” terangnya.

BACA JUGA: PDIP Curigai Penetapan Tersangka Bambang DH Bermotif Politis

Ia berharap dokter yang ada di Berau lebih teliti lagi dalam menangani pasien dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan medis.

Humas RSUD dr Abdul Rivai, dr Erva Anggriana saat dikonfirmasi kemarin membenarkan jika pihaknya pernah menerima pasien tersebut. Namun, dijelaskan Erva dalam permasalahan ini terjadi kesalahpahaman dari keluarga pasien atau miss komunikasi. Yang sebenarnya terjadi dokter yang bersangkutan sempat menawarkan dua pilihan kepada keluarga pasien yakni tetap ditangani di RSUD dr Abdul Rivai dan dokter terlebih dahulu melihat perkembangannya, kalau semakin baik berarti tidak diamputasi, pilihan kedua yakni rujukan ke rumah sakit di luar daerah dimana alatnya lebih lengkap.

“Nggak seperti itu sebenarnya, salah paham, bukan berarti langsung diamputasi tapi dilihat dulu, karena lukanya juga parah melingkar di jari tangan, ada jaringan yang putus. Pengertian amputasi itu cukup luas, bisa saja jaringannya aja yang tidak memungkinkan,” jelasnya.

“Ada memang alat yang tidak lengkap, ini makanya dokter menawarkan di rujuk keluar. Misalnya, disinikan nggak ada bedah plastik dan otopedi untuk mengantisipasi hal lainnya yang terjadi,” sambungnya.

Lanjut Erva, yang jelas dalam permasalahan ini pihaknya tidak gegabah melakukan tindakan medis dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). “Semoga masyarakat bisa memahami, yang jelas sebelum mengambil tindakan dokter pasti terlebih dahulu menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk kebaikan pasiennya,” pungkasnya. (app)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenpera Bangun 697 Rumah Khusus di Sumedang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler