jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat Adil Bersatu (LBH Mabes) Tasrif M. Saleh mengatakan konsep Polisi Presisi (prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan) yang digagas Kapolri Jendral Pol Listyo Sigit Prabowo sejauh ini diterima masyarakat sebagai sebuah upaya transformasi di tubuh kepolisian.
Karena itu Tasrif menilai capaian visi Polisi Presisi perlu untuk direfleksikan di akhir tahun 2024, mengingat masifnya dukungan dan tuntutan, serta harapan dari transformasi di tubuh Polri.
BACA JUGA: Menperin Buka Data Kawasan Industri, Alhamdulillah Menggembirakan
"Polisi Presisi secara konsep diterima oleh masyarakat sebagai upaya transformasi di tubuh Polri. Namun, upaya tersebut perlu direfleksikan mengingat tuntutan dan dukungan yang masif dari masyarakat," kata Tasrif dalam keterangannya, Senin (30/12).
Alumni Doktor Universitas Jayabaya ini juga menyadari bahwa proses transformasi melalui Polisi Presisi tidak bisa dilakukan seperti membolak-balik telapak tangan. Membangun kembali citra perlu waktu dan energi ekstra untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Tingkat Okupansi Hotel dan Restoran di DIY Menggembirakan
Kendati demikian, Tasrif mengakui capaian prestasi Polri 2024 cukup menggembirakan. Polri berhasil menangani kasus yang meresahkan masyarakat secara langsung seperti judi online (Judoi), pinjaman online (Pinjol), kasus narkoba, korupsi, dan kejahatan yang terorganisir, serta menangani bencana secara humanis.
"Polri berperan sangat penting dalam menangani masalah sosial masyarakat yang berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Polri secara serius menyelesaikan masalah judi online dan pinjam online yang cukup meresahkan masyarakat Indonesia," ucapnya.
BACA JUGA: Kado dari Menaker di Hari Santri Nasional Sungguh Menggembirakan!
Selain prestasi, Tasrif tak lupa mengingatkan Polri masih menyisakan pekerjaan rumah dalam mengembalikan citra melalui Polisi Presisi.
"Menyongsong 2025, Polri perlu tuntaskan pekerjaan rumah agar supaya publik terpenuhi rasa puas terhadap kinerja institusi ini," ucapnya.
Ada beberapa masalah umum yang perlu diselesaikan. Pertama, reformasi kelembagaan. Kedua, keterbukaan dalam menangani berbagai kasus.
Ketiga, pendekatan humanis yang harus lebih ditingkatkan oleh Polri. Keempat, sinergi dengan masyarakat yang harus kembali digalakkan oleh Polri.
Tasrif menilai untuk menangani empat hal dimaksud tantangannya menghadapi stereotipe di masyarakat. Contohnya, penanganan kekerasan seksual yang melibatkan Agus Buntung di Mataram. Polisi awalnya sangat diragukan dalam kasus tersebut.
"Saat awal mencuatnya kasus kekerasan seksual Agus Buntung di Lombok, Polri dinilai secara negatif karena Agus berkebutuhan khusus. Pelabelan negatif tersebut menyebabkan tindakan dan keputusan Polri diragukan. Namun publik tercerahkan ketika fakta-fakta muncul" katanya.
Karena itu Tasrif menilai polisi Presisi perlu untuk terus dibuktikan secara tuntas di 2025. Caranya, Polri harus mampu menjaga citra, baik secara kelembagaan maupun individu anggotanya. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menggembirakan! Hunian di RSDC Wisma Atlet Tinggal 12,6 Persen
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang