jpnn.com, LEBAK - Memasuki musim musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak meminta masyarakat mewaspadai terjadinya banjir bandang dan longsor di 16 kecamatan dari 28 Kecamatan yang ada. Karena berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ke-16 kecamatan ini rawan bencana banjir dan longsor.
“Kita sudah mendapatkan laporan secara periodik dari BMKG, dimana untuk musim penghujan tahun 2018 dan 2019 ini, ada 16 kecamatan yang berpotensi dilanda banjir dan 12 kecamatan berpotensi terjadinya bencana longsor, karena banjir biasanya diikuti oleh longsor,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Lebak Kafrawi kepada INDOPOS, Kamis (15/11).
BACA JUGA: Antisipasi Banjir Jakarta, Ribuan Personel Dikerahkan
Kendati demikian, pihaknya mengaku sudah mengantisipasi dan meminimalisir agar tak korban jiwa dan harta benda akibat bencana, dengan melakukan sosialisasi, simulasi, termasuk dalam menghadapi tanggap darurat hingga pasca bencana.
Ke-16 Kecamatan yang berpotesi terjadinya banjir bandang jika intensitas hujan turun secara terus menerus dan ektrem adalah,Kecamatan Rangkasbitung, Kalanganyar, Cibadak,Warunggunung, Sobang, Cimarga, Leuwidamar,Cileles, Banjarasari,Gunung Kencana, Wanasalam, Cikulur, Bayah, Maja, Curugbitung dan Lebak Gedong. “Kita sudah menyiapkan logistik untuk enam bulan ke depan, yaitu,beras 27 ton, mie instan 1.000 dus, tenda darurat, perahu karet, dan kebutuhan sehari hari lainnya bagi pengungsi jika sewaktu-waktu datang bencana,” tutur Kafrawi.
BACA JUGA: Sei Padang Meluap, 150 Rumah di Tebingtinggi Terendam Banjir
Menurut Kafrawi, selain ancaman banjir dan longsor di 16 kecamatan, ada 6 kecamatan di Kabupaten Lebak yang berpotensi terjadinya gempa dan tsunami, yaitu Kecamatan Wanasalam, Malingping, Penggarangan, Cihara, Bayah dan Cilograng, dengan masyarakat terpapar dari mulai Kecamatan Wanasalam hingga Cilograng sebanyak 24 ribu jiwa.
Dikatakan BPBD Lebak,Pemprov Banten dan pemerintah pusat juga sudah membangun jalur jalur evakuasi di daerah daerah yang rawan terjadinya bencana tsunami di Kecamatan Cihara, Panggarangan dan Cilograng.
BACA JUGA: Bencana Longsor di Nias Selatan, 1 Orang Tewas, 6 Hilang
“Untuk antisipasi banyaknya jatuh korban jiwa jika sewaktu waktu terjadi bencana tsunami, sudah dibangun shelter tsunami yang dapat menampung 7 ribu jiwa di Desa Muara, Kecamatan Wanasalam,” cetusnya.
Ia menjelaskan, banjir dan longsor yang terjadi selama ini di Lebak adalah akibat wilayah hulu sungai menyempit dan terjadi longsoran akibat curah hujan yang ekstrem. Ketika longsor terjadi, pohon-pohon yang ada secara utuh turut tumbang dan menyumbat puluhan titik di hulu sungai. Ditambah dengan adanya akumulasi curah hujan yang tinggi maka banjir bandang akan terjadi.
"Tingginya curah hujan menyebabkan sumbatan itu jebol dan mengalir dengan cepat ke bawah sampai ke kaki lereng. Jangkauan aliran banjir bandang dapat mencapai beberapa kilometer dari arah hulu, seperti di Kecamatan Lebak Gedong, Leuwidamar dan Muncang," ujar Kafrawi
Ia menghimbau,agar masyarakat yang berada di pesisir pantai, bantaran sungai dan pegunungan, untuk selalu meningkatan budaya waspada saat curah hujan tinggi datang secara terus-menerus dan terjadinya gempa diatas 6 SR untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Aep Saepudin (29), warga Kampung Muhara, Kelurahan Muara Ciujung Barat yang daerahnya menjadi langganan banjir akibat meluapnya aliran Sungai Ciujung mengaku was-was saat turunnya hujan. Dia khawatir aliran Ciujung meluap hingga ke pemukiman seperti kejadian tiga tahun lalu.
“’Tahun kemarin alhamdulillah tidak ada banjir, namun kami sangat khawatir tahun ini akan terjadinya banjir bandang seperti tiga tahuin lalu yang menyebabkan ribuan rumah terendam banjir,” ungkap Aep yang juga sebagai operator di lembaga jasa pengetikan di Rangkasbitung. (yas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Jenazah Keluar dari Kubur
Redaktur & Reporter : Adil