jpnn.com, JAKARTA - Ilmu medis dan kedokteran berkembang cepat mengiringi perkembangan inovasi serta teknologi. Teknologi yang makin terdepan menjadi pembuka jalan dan harapan baru bagi pasien untuk mendapatkan prosedur dan proses pengobatan yang lebih baik, termasuk tindakan operasi atau pembedahan.
Operasi yang dahulunya dianggap menakutkan, kini makin dipermudah berkat metode minimal invasif dengan teknik laparoskopi tanpa mengabaikan keselamatan pasien.
BACA JUGA: Sido Muncul Gelar Operasi Bibir Sumbing Gratis di Bogor
Layanan operasi minimal invasif menjadi salah satu metode aman yang diminati pasien di Rumah Sakit Royal Progress (RSRP), Sunter, Jakarta Utara.
Direktur Utama RSRP dr. Ivan R. Setiadarma, MM, mengatakan pihaknya kerap mengadopsi dan mengembangkan bermacam teknik dan metode hingga teknologi penunjang medis terbaru untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik.
BACA JUGA: RS KPJ Kuching Kenalkan Pembedahan Robotik Pertama di Wilayah Borneo
"Sebagai salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta Utara, kami berkomitmen mengutamakan keamanan dan kesembuhan pasien dalam pengobatan," ujar dr. Ivan, dalam keterangannya, Rabu (11/10).
Berbagai macam operasi metode minimal invasif dapat dilakukan, salah satunya dengan Laparoskopi. Operasi ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu kamera, monitor, dan instrumen khusus tanpa melihat dan menyentuh anggota badan pasien.
BACA JUGA: Kembalikan Gigi yang Hilang dengan Implan Tanpa Pembedahan
Salah satu dokter spesialis bedah di RSRP, dr. Ika Megatia, B.MedSc, SpB, FINACS, FICS, menangani berbagai kasus bedah seperti Wasir, Usus Buntu, Hernia (turun berok), Sirkumsisi (sunat), Benjolan Payudara dan jaringan lunak lainnya.
Menurut dr. Ika, metode minimal invasif dapat digunakan bukan hanya sebagai terapi atau pengobatan saja, tetapi digunakan sebagai langkah mendiagnosa berbagai jenis penyakit rongga abdomen dan cedera organ perut pada kasus kecelakaan.
"Minimal invasif menjadi primadona karena keunggulannya, yaitu luka sayatan yang kecil, kemungkinan terjadinya risiko infeksi luka pascaoperasi sangat kecil, pasien dapat pulih lebih cepat dan tentunya metode ini sangat aman," jelas dr. Ika.
Umumnya prosedur pembedahan dilakukan menggunakan alat-alat bedah kecil yang akan membuat sayatan kecil di area yang telah ditentukan.
Kemudian, melalui sayatan tersebut, dokter akan menyelesaikan proses operasi dan setelahnya sayatan tersebut akan dijahit.
Sayatan berukuran kecil membuat bekas luka jahitan pun lebih kecil dibandingkan dengan bedah terbuka.
Tak hanya itu, rasa sakit dan efek samping yang dirasakan pasien juga lebih minimal dibandingkan operasi konvensional.
"Hal ini bisa berdampak positif pada psikologis pasien sebelum melakukan tindakan, karena persiapan yang matang bukan hanya diperlukan dari sisi tim medis saja, pasien juga perlu siap melakukan operasi agar operasi berjalan lancar," ungkap dr. Ika. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh