jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, pilihan Belva Adara mengundurkan diri dari jabatan Staf Khusus Presiden sudah tepat dan ikut menyelamatkan muka Presiden Joko Widodo dari tudingan tidak sedap, yakni memanfaatkan posisi kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
Pasalnya, publik cenderung menganggap konflik kepentingan terjadi antara posisi Belva Adara sebagai stafsus presiden dengan kedudukannya sebagai pendiri dan pemilik Ruang Guru yang menjadi pelaksana pelatihan prakerja untuk korban PHK akibat pandemi covid-19.
BACA JUGA: Belva Mundur dari Stafsus Jokowi, Begini Komentar Arie Kriting
"Walau saya anggap terlambat, namun saya memberi apresiasi positif atas pilihan mundur dari Belva. Berjuang untuk Merah Putih tidak harus berada di lingkungan Istana, tetapi berkiprah nyata di masyarakat," ujar Ari dalam pesan tertulis, Rabu (22/4).
Menurut dosen di Universitas Indonesia ini, fokus membesarkan platform Ruang Guru lebih terpuji, daripada menghadapi cibiran dan tuduhan KKN atas terpilihnya Ruang Guru sebagai pelaksana pelatihan prakerja.
BACA JUGA: Cara Istana Memberi Sanksi ke Andi Taufan Dinilai Hanya Basa-basi
"Seharusnya langkah mundur Belva diikuti Andi Taufan -staf khusus milenial presiden lain- yang blunder mengirim surat ke seluruh camat untuk menggandeng perusahaan pribadinya PT Amarta dalam penanganan covid-19," ucapnya.
Lebih lanjut pria yang pernah menjadi Staf Ahli Bidang Komunikasi SKK Migas menyarankan, semua staf khusus milenial mengundurkan diri saja karena efektivitasnya tidak dirasakan publik.
BACA JUGA: Surati Para Camat, Andi Taufan Garuda Dianggap Tak Bisa Jaga Muruah Jokowi
Langkah mengundurkan diri menjadi penting untuk mengantisipasi kekecewaan publik di tengah pandemi covid-19 yang butuh konsentrasi tinggi dari Presiden Jokowi.
"Sebaiknya semua staf khusus milenial mengundurkan diri untuk mengurangi beban pemikiran Jokowi dalam penanganan wabah corona. Jangan sampai presiden sendiri yang meminta mereka mundur," ucapnya.
Pembimbing program doktoral di Universitas Padjajaran ini juga menyarankan, anggaran untuk penggajian staf khusus lebih baik dialihkan untuk pengadaan APD bagi tenaga medis di garda terdepan penanganan covid-19.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang