Lebih Berat Dibanding saat Krisis 98 (yang Ngomong Staf Ahli Wapres loh...)

Selasa, 22 September 2015 – 05:51 WIB
Buruh. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Memburuknya kondisi perekonomian sudah diikuti pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, PHK ditengarai tidak hanya terjadi di sektor riil, namun juga mulai merambah ke sektor keuangan (finansial).

"Menurunnya daya beli masyarakat mengakibatkan pengusaha terpaksa merumahkan karyawan," ujar Staf Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi dalam dialog dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) kemarin (21/9).

BACA JUGA: DPR: Deregulasi Impor Besi-Baja Bisa Bunuh Industri Domestik

Saat ini, yang paling parah merasakan dampak pelemahan ekonomi adalah sektor riil. Sofjan menilai, tekanan terhadap sektor riil lebih besar jika dibandingkan dengan krisis ekonomi 1998.

"Kalau tahun 1998, itu lebih banyak ke sektor finansial. Dua tiga tahun bisa diatasi," jelasnya.

BACA JUGA: Pengumuman! Pelni Buka Paket Wisata Pelayaran ke Wakatobi dan Raja Ampat

Dalam pengamatan Sofjan, banyak perusahaan yang sudah mengurangi jam kerja, dari tiga sif menjadi satu sif. Langkah rasionalisasi itu perlu dilakukan karena daya beli masyarakat menurun. "Sekarang sudah ada lebih dari 800 ribu orang miskin baru," ujarnya.

Meski tekanan semakin berat, Sofjan meminta pelaku usaha tidak takut. Sebab, pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk memperbaiki keadaan.

BACA JUGA: DPR: Kalau Pemerintah Memaksa, Bisa Terjadi PHK Massal

"Kita tunggu dulu satu per satu (paket kebijakan ekonomi) itu terlaksana. Jangan belum apa-apa sudah ragu-ragu, jalan nggak ini?," kata mantan ketua umum Apindo tersebut. (wir/dee/c5/kim)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Cadangan Gas Blok Masela Besar Sekali, Apa Komentar Rizal Ramli?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler