Lebih dari 80 persen perempuan di Australia, Selandia Baru, Inggris dan Irlandia dilaporkan tetap mengkonsumsi alkohol selama tiga bulan pertama kehamilan mereka.
Kesimpulan ini terungkap dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti dari Universitas College Cork yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Open.
BACA JUGA: Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia Pilih Ketua Baru
Studi ini mendapati meskipun sebagian besar perempuan ini mengaku memiliki tingkat asupan alkohol yang rendah, namun data menunjukan konsumsi alkohol dalam masa kehamilan merupakan hal yang lazim dan biasa di masyarakat.
"Perlu ada kebijakan dan intervensi baru untuk mengurangi prevalensi konsumsi alkohol baik sebelum maupun selama kehamilan," kata tim penulis, yang dipimpin oleh Linda O'Keefe dari Universitas College Cork.
BACA JUGA: PM Tony Abbott Tolak Menjawab Apakah Menterinya Akan Tampil di ABC Minggu Depan
Tim peneliti ini mengevaluasi tiga survei yang mencakup hampir 18.000 wanita.Yakni studi Tumbuh Besar di Irlandia (GUI) ; Studi Skrining Titik Akhir Kehamilan (SCOPE) ; Sistem Pengawasan Resiko Kehamilan (PRAMS).Sekitar 80 persen dari 5.500 perempuan di Irlandia, Inggris, Australia dan Selandia Baru yang berpartisipasi dalam Studi Scope mengaku tetap mengkonsusi alkohol ketika sedang hamil.
Irlandia juga memiliki tingkat pervalensi yang paling tinggi, 45 persen dari ibu hamil di negara ini mengaku tetap menghadiri pesta minuman keras saat hamil menurut penelitian SCOPE, yang diukur dengan meminum enam atau lebih unit alkohol setiap kali duduk.
BACA JUGA: Pengadilan Australia Selatan Mulai Gunakan Twitter
Satu unit adalah sekitar segelas anggur atau minuman alkohol lainnya. Ibu hamil perokok 17-50 persen lebih mungkin untuk menenggak minuman keras saat hamil. Tidak ada perbandingan dengan bagian-bagian lain dunia."Banyaknya jumlah alkohol yang mereka konsumsi bervariasi dari tiga studi tersebut. antara 15 persen hingga 70 persen dari perempuan hamil itu mengatakan mereka harus minum alkohol satu atau dua kali dalam sepekan selama tri semester pertama dari kehamilan mereka," kata peneliti.
Jumlah unit konsumsi alkohol di keempat negara menurun drastis begitu sang ibu hamil memasuki masa-masa awal dari tri semester kedua kehamilan mereka, tapi tim peneliti mengaku mereka tidak terlalu yakin juga dengan angka ini. "Karena kebanyakan wanita yang tetap mengkonsumsi alkohol ketika hamil memiliki pengetahuan yang rendah mengenai dampak kebiasaan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga meluasnya kebiasaan mengkonsumsi alkohol ketika hamil meski jumlahnya sedikit tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memprihatinkan," Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan penggunaan alkohol selama kehamilan dapat merusak janin dan berdampak seumur hidup, meskipun belum ada kepastian tentang seberapa besar dosis alkohol yang berbahaya bagi janin didalam rahim.
Efek terburuk yang terlihat adalah sindrom alkohol janin, dimana gejalanya dapat mencakup kelainan dibagian wajah dan cacat fisik serta tingkat intelektual bayi yang dilahirkan. Mengkonsumsi alkohol ketika hamil dapat juga memicu keguguran dan bayi lahir prematur sehingga umumnya ibu hamil disarankan tidak mengkonsumsi alkohol. Demikian juga pedoman dari Dewan Riset Medis dan Kesehatan Nasional Australia yang menyarankan wanita tidak mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilan. (ABC/AFP)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Kembangkan Gandum Dengan Kadar Kolesterol Lebih Rendah