Lebih Legit, Rasanya Seperti Durian Campur Susu

Kamis, 20 Mei 2010 – 08:56 WIB
Buah durian berwarna kuning memang sudah biasaTetapi ada durian merah atau yang disebut durian Siwayut di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah

BACA JUGA: Meramalkan, Tahun 2012 Gelap !

Durian jenis ini juga ada di Kecamatan Songgon
Apa istimewanya?

RISKI NALANDARI, Banyuwangi

ADA sebuah gang yang bernama Duren Abang di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi

BACA JUGA: Legenda Liverpool Ian Rush Tiga Hari di Jakarta

Nama gang itu memang unik, karena asal nama gang itu berasal dari duren abang (durian merah)
Di ujung gang itu terdapat rumah Serad, 70, si pemilik pohon durian langka yang biasa disebut durian siwayut itu.

Menurut Serad, asal kata siwayut tersebut berasal dari zaman nenek moyangnya

BACA JUGA: Aktivasi Otak Tengah, Metode Pendidikan yang Makin Digandrungi

Dalam bahasa Using, siwayut artinya adalah warisan buyut atau warisan nenek moyangSedangkan warga sekitar menyebut, asal usul nama gang tersebut berasal dari sebuah pohon durian yang menghasilkan buah durian merahPohon itu hingga sekarang masih berada di pekarangan belakang rumah Serad.

Diameter pohon durian merah itu berukuran besarUkurannya hampir sama dengan pelukan tiga orang dewasa iniTinggi pohon itu sekitar 50 meterBerdasarkan cerita warga sekitar, pohon ini merupakan wit babon (pohon induk) dari pohon-pohon durian merah yang ada di Banyuwangi.

Menurut Serad, usia pohon ini sudah mencapai sekitar 310 tahunKapan awal kehidupannya, Serad mengaku tidak tahu menahuYang jelas, pohon itu telah ada sejak dia lahirBahkan, sudah ada sejak masa neneknya masih kecil"Pohon itu warisan turun temurunSehingga saya dan keturunan kami tidak boleh menebangnya," ujarnya.

Serad mengatakan, pohon itu merupakan pohon induk dari pohon-pohon durian merah yang sekarang ini banyak terdapat di BanyuwangiPerbedaannya terlihat pada warna dan rasa buahnyaBuah durian merah yang dihasilkan oleh pohon induk tersebut, warnanya merah tua, sementara dari pohon anakan, yaitu pohon hasil peranakan pohon induk tersebut, warna daging buahnya adalah merah mudaRasanya pun berbeda.

Serad mengatakan, rasa durian siwayut dari pohon induk lebih legit dan lebih kentalRasanya seperti durian bercampur susuSementara rasa durian siwayut dari pohon anakan tidak selegit yang asli"Kandungan alkoholnya pun berbedaDurian dari pohon induk, kadar alkoholnya lebih terasa," tutur bapak dua anak tersebut.

Meski begitu, ternyata durian siwayut memiliki banyak manfaatHal ini berdasarkan pengakuan Serad sendiri serta beberapa warga yang memang pernah merasakan khasiat durian ini"Khasiat utamanya bisa menambah vitalitas kaum lelaki," ujar Maksum, salah seorang tetangga.

Serad mengatakan, karena masih terbatas keberadaannya, durian yang satu ini selalu menjadi rebutanTidak hanya masyarakat Banyuwangi, masyarakat dari luar kota pun sering berkunjung ke rumahnya dengan tujuan untuk memesan durian tersebutBahkan, ada pelanggan tetapnya yang berasal dari Kalimantan, yang secara rutin menyambangi rumahnya setiap tahun untuk merasakan durian siwayut tersebut.

Gara-gara duren siwayut miliknya, Serad juga sampai mendapat kunjungan oleh Imam Utomo, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa TimurTidak hanya itu, pengalaman menarik juga muncul karena durian tersebutKarena penasaran dengan rasa dan penampilan durian siwayut ini, istri Purnomo Sidiq, mantan Bupati Banyuwangi, sampai menunggui dengan sabar proses jatuhnya durian tersebut dari pohonnyaNamun, meski sudah ditunggu, buah durian tersebut tidak jatuh-jatuhSehingga membuat istri Purnomo tertidur di gazebo yang memang disediakan Serad di dekat pohon duriannya"Padahal menunggunya dari pagi hingga sore, namun tidak ada satu pun buah yang jatuh," ujar suami Saudah ini.

Serad mengatakan, sekali berbuah, pohon induk siwayut bisa menghasilkan sekitar 300 buahHanya, waktu berbuahnya tidak menentuTidak seperti pohon durian yang lain, pohon durian ini justru memiliki jadwal yang tidak tetapTapi bisa dipastikan, pohon ini hanya bisa berbuah satu kali dalam setahunUniknya, buah durian siwayut ini berukuran sedang, dan cenderung seragam"Buahnya tidak pernah lebih besar dari ukuran normalnya," tuturnya.

Perbedaan durian yang satu ini dengan durian lain, adalah dari baunyaKarena baunya sangat kuat, sehingga bisa bertahan hingga beberapa hari meski duriannya sudah dipindahkan.

Meski dibilang langka, Serad mengaku tidak pernah mematok harga khusus untuk duren miliknya iniMemang, selama ini duren serupa dijual seharga Rp 50 ribuNamun, dia tidak mengaku tergiur dengan harga mahal tersebutSaat ada orang yang membeli duriannya, dia rela dibayar sesuai dengan kemampuan si pembeliMakanya, dia juga pernah hanya dibayar Rp 10 ribu untuk satu buah durian langka tersebutAlasannya sangat sederhana, karena dengan harga murah, siapa pun bisa menikmati durian tersebut, dan tidak hanya kaum berduit"Mosok bongso lan warga isun dewek heng biso mangan duren asli daerah kene? (Masak bangsa dan warga Kemiren sendiri malah tidak bisa menikmati durian asli daerah mereka sendiri?)," ujarnya.

Karena waktu berbuahnya yang tidak menentu, banyak orang yang ingin memesan terlebih dahulu dengan memberi uang muka, bahkan sebelum pohon tersebut berbuahNamun Serad tidak pernah menyetujuinyaKarena berdasarkan pengalamannya, saat ada orang yang sudah memesan dan membayar uang muka terlebih dahulu, maka buahnya justru tidak mau jatuh dari pohonHal itu sudah terbukti beberapa kaliSehingga, apabila ada orang yang memesan, dia akan menolaknya, dan menganjurkan orang tersebut datang ke rumahnya saat duren siwayut miliknya sudah mulai panen"Kalau berjodoh, pasti akan bisa menikmati duren merah tersebut," tandasnya.(bay/aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alberthiene Endah; Jurnalis, Penulis Biografi, Novelis, sampai Skrip Film


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler