jpnn.com - Ledikson Nainggolan, istri, dan ketiga anak, hendak ke Pulau Samosir menumpang KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba.
SAHRUL YUNIZAR, Jakarta
BACA JUGA: Kakak Adik Bersama Tunangan Hendak Piknik ke Samosir
PELAN air mata Amson Siahaan mengalir. ”Maaf, saya belum bisa banyak komentar. Masih sangat berduka,” ucapnya.
Sudah dua hari berlalu sejak KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, kabar tentang keluarga saudaranya, Ledikson Nainggolan, belum juga ada.
BACA JUGA: Kapolri Sebut Nakhoda KM Sinar Bangun Bisa Dipidana
Bersama para tetangga yang meriung di kediaman Ledikson kemarin, Amson hanya bisa memanjatkan doa. Mengharapkan mukjizat. ”Semoga semua masih bisa ditemukan selamat,” kata Amson kepada Jawa Pos.
Keluarga yang berdomisili di Duren Sawit, Jakarta Timur, itu pergi ke Samosir, pulau di tengah Toba, untuk menghadiri acara keluarga. Ledikson dan sang istri, Lilis Lubis, mengajak tiga anak mereka, Bungaran, Astrit, dan Nicolas.
BACA JUGA: KM Sinar Bangun Tenggelam, Pasangan Sejoli Ini Gagal Menikah
Sepanjang perbincangan dengan Jawa Pos kemarin siang, Amson yang merupakan sepupu Lilis tampak serius memandangi telepon seluler. Dia terus berusaha mengakses informasi terbaru lewat berbagai media. Baik WhatsApp maupun Facebook.
Sepintas tampak gambar Ledikson bersama Lilis dan tiga anaknya di salah satu laman Facebook yang dipelototi Amson. Amat dalam Amson memandangi gambar tersebut.
Jarinya bergerak perlahan. Dia geser gambar-gambar itu. Melihat kolom komentar. Lantas, kembali menitikkan air mata. ”Masalahnya, satu keluarga ini,” ujar dia lirih.
Amson mengaku terus menangis begitu mendengar Ledikson dan keluarga masuk daftar korban. Yang bersama ratusan lainnya belum ditemukan sampai kemarin. ”Saya nangis terus,” imbuhnya.
Sejak itu, pandangan matanya nyaris tidak pernah lepas dari layar kaca. Terus menatap telepon genggam demi kabar terbaru. Juga, menyaksikan pembaruan informasi lewat berita di televisi.
Selama berada di kampung halaman, kunci rumah Ledikson dan keluarga dititipkan kepada Evy Pardede, salah seorang tetangga. Kemarin Amson meminjam kunci tersebut sebentar.
Dia lantas mengantar Jawa Pos melihat potret keluarga Ledikson dan Lilis. Tidak kurang empat potret keluarga Nainggolan itu menempel di dinding ruang tamu. Tertata rapi. Ada Ledikson dan Lilis. Juga, foto mereka dengan Bungaran, Astrit, dan Nicolas.
Bukan hanya itu. Posisi barang-barang milik keluarga Ledikson masih persis seperti kali terakhir ditinggalkan empunya. Termasuk tiga sepeda motor yang berjejer di ruang belakang. Juga, kipas angin yang masih menyala. Terus berputar di salah satu kamar.
Sebagai orang yang dititipi kunci, Evy memang tidak mau gegabah membuka pintu rumah tersebut. Hanya Hendra Pasaribu, putranya, yang dia bolehkan memegang kunci.
Sebelum mendapat kabar Ledikson dan keluarganya hilang bersama KM Sinar Bangun, Hendra-lah yang ditugasi menjaga rumah berkelir oranye itu. ”Dari tanggal 13 sampai 18 anak saya nginep terus,” ucap Evy.
Perempuan yang lebih akrab dipanggil Mama Hendra itu sengaja meminta anaknya menginap di rumah dua lantai tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memastikan tidak ada yang macam-macam selama rumah itu ditinggalkan pemiliknya.
Sebenarnya, ketika dititipi, Evy sempat menolak. Tapi, Ledikson dan Lilis bersikeras. Maklum, keluarga Evy dan Ledikson sudah seperti saudara. ”Tempat saya curhat. Ke saya, juga tante (Lilis), sering curhat,” imbuhnya.
Ledikson dan keluarganya tinggal di rumah tersebut sejak 2002. Setahun kemudian, Evy dan keluarga menyusul tinggal di sekitar rumah itu.
Di lingkungan tempat tinggal mereka, sambung Evy, Ledikson dikenal sebagai pribadi yang baik. Demikian halnya dengan anggota keluarga lainnya.
Ledikson selalu ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan masyarakat sekitar. Saking aktifnya, Ledikson dipilih menjadi pimpinan perhimpunan warga Batak di RW 05, Kelurahan Duren Sawit. ”Keluarga yang sangat baik,” kenang Evy.
Karena itu, para tetangga juga tak kalah sedih saat mendapat informasi musibah di Toba tersebut. Bahkan, mereka sempat tidak percaya. ”Kami nangis semua waktu tahu (Ledikson dan keluarganya jadi korban hilang dalam insiden KM Sinar Bangun, Red),” paparnya.
Meski sudah tahu ada kapal tenggalam di Danau Toba sejak Senin malam, kabar soal Ledikson dan keluarganya baru diterima Evy besoknya. ”Saya tahu dari tukang sayur,” kata dia.
BACa JUGA: Kakak Adik Bersama Tunangan Hendak Piknik ke Samosir
Saat ini Evy sebagai tetangga terus berdoa yang terbaik untuk keluarga Ledikson dan Lilis. Karena itu, saat teman-teman Bungaran meminta izin untuk melaksanakan kebaktian di rumah Ledikson, dia mempersilakan.
Hanya, tidak di dalam rumah. ”Kata Pak RT di sini saja (garasi),” ucap dia tentang kebaktian yang berlangsung tadi malam itu.
Selaras dengan Evy, Achmad Pitung, tetangga lain, mengenang Ledikson sebagai sosok baik hati. ”Saya ikut sedih juga. Semoga bisa cepat ketemu,” katanya. (*/c10/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim SAR Perluas Radius Pencarian Korban KM Sinar Bangun
Redaktur : Tim Redaksi