jpnn.com, PEKANBARU - Para legenda bulutangkis Indonesia memilih turun gunung untuk mendapatkan atlet-atlet potensial yang tersebar di Sumatera.
Mereka juga langsung ikut memantau atlet U-13 dan U-11 mengikuti audisi umum di GOR Angkasa Pekanbaru mulai Sabtu hingga Senin besok (25-27/3).
BACA JUGA: Pebulutangkis Batam Antusias Dilatih Dua Legenda Ini
Ternyata legenda yang tergabung dalam Tim Pencari Bakat Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis tersebut cukup banyak.
Di antaranya Christian Hadinata selaku ketua tim, Kartono, Sigit Budiharto, yuni Kartika, luluk Hadiyanto, Simbarsono, Ivana Lee dan Basri Yusuf.
BACA JUGA: Oalah, Pungli di Kelurahan Kok Marak Lagi
Menurut Ketua Tim Pencari bakat, Christian Hadinata, Sumatera terkenal memiliki tradisi dan penghasil atlet bukutangkis potensial.
Bahkan sejumlah atlet bertalenta yang dimiliki PB Djarum berasal dari Sumatera, seperti M Ahsan dan Debby Susanto.
BACA JUGA: Wuih... Juara All England Ini Dapat Bonus Ratusan Juta
“Animo dari peserta audisi luar biasa. Bahkan pesertanya lebih dari 400 orang. Tidak hanya dari Riau tapi juga ada dari Aceh, Sumatera Utara, Sumbar, Lampung hingga Sumsel dan Bengkulu. Artinya animo peserta sangat luar biasa dan menjangkau pelosok Sumatera,” ujarnya.
Pelatih PB Djarum, Sigit Budihartio yang juga anggota tim mengatakan peserta audisi dari Sumatera khususnya Pekanbaru pada audisi 2015 dan 2016 selalu berhasil masuk PB Djarum dari 28 atlet yang diterima.
Sehingga mereka sangat yakin jika nanriya bakal menemukan kembali atlet bertaelenta pada U-13 dan U-11.
“Saat audisi 2016 lalu ada empat atlet dari Sumatera yang lolos PB Djarum bahkan tiga diantaranya merupakan atlet asal Pekanbaru. Mereka yaitu Vincentius Suwarland, Rahmad Julio Ritonga dan Rahma Novita Febi,’’ jelas Sigit.
Di sisi lain audisi umum tahun ini menurut Program Associate bakti Olahraga Djarum Pondation, Abraham Delta mengatakan, untuk audisi tim putra hanya sampai semifinal.
Artinya empat atlet terbaik akan lolos ke babak final di Kudus untuk peserta U-13 dan U-11.
“Sedangkan untuk putri hanya yang masuk final saja. Bukan karena diskriminasi tetapi jumlah peserta putra lebih banyak hingga 3:1. Makanya kita buka kuota lebih banyak untuk putra,” jelasnya.(luk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamdalah, Dana BOS Cair, Guru Honorer pun Segera Gajian
Redaktur & Reporter : Budi