Legislator Sebut Vaksinasi Covid-19 'Termehek-mehek'

Jumat, 30 Juli 2021 – 21:11 WIB
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mendesak pemerintah untuk menghitung neraca vaksin secara cermat. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mendesak pemerintah untuk menghitung neraca vaksin secara cermat. Hal itu mengingat antusiasme masyarakat mengikuti program vaksinasi nasional.

"Jangan sekedar menarget lima juta dosis per hari tapi faktanya, hingga (28/7) pemerintah hanya mampu menyuntikkan 800 ribu dosis per hari. Itu pun sudah dengan termehek-mehek," kata Mulyanto di Jakarta, Jumat (30/7).

BACA JUGA: Rakyat Enggan Divaksin Covid-19? Cek Faktanya, Mengherankan

Menurut dia, di satu sisi kepala daerah sudah banyak yang teriak kehabisan vaksin. Namun, di sisi lain, Kementerian BUMN bilang ada sebanyak 12 juta dosis vaksin yang belum terpakai.

"Ada di mana barang itu? Jangan sampai vaksin ini kadaluarsa. Perlu kejelasan," tegas Mulyanto.

BACA JUGA: Kabar Gembira Buat Ibu Hamil Terkait Vaksin COVID-19

Sebagaimana disampaikan Menteri Kesehatan, Pemerintah sudah mendatangkan 173.306.740 dosis vaksin. Sebanyak 64.13 juta dosis telah digunakan atau sekitar 37 persen. Dengan demikian stok vaksin tersedia sebesar 63 persen atau sebanyak 109 juta dosis.

Mulyanto menyebut jika merujuk dari data tersebut sangat disayangkan karena sebagian sedang dalam proses pengujian oleh BPOM. Sementara sisanya sebagian besar masih dalam bentuk bahan baku (bulk) yang perlu proses lanjut oleh Bio Farma.

BACA JUGA: Vaksin Datang Lagi, Wamen BUMN Minta Masyarakat Segera Lakukan Vaksinasi

"Jadi kalau kami cermati angka-angka ini, maka ada dua titik krusial yang perlu mendapat perhatian pemerintah, karena akan menjadi titik kemandegan, yakni vaksin yang tersisa di daerah dan lambatnya proses pengolahan bahan baku vaksin menjadi vaksin jadi di Bio Farma.

Jadi, kata dia lagi, memang pemerintah tidak usah ngotot dengan mendatangkan vaksin dalam bentuk bahan baku. Merek vaksin lain dalam bentuk jadi atau yang dapat diolah oleh BUMN lain perlu diperbanyak.

"Tentu saja dengan mempertimbangkan tingkat keamanan, kemanjuran, kehalalan, dan keekonomian," jelas legislator PKS itu.

Hitung-hitungan neraca vaksin ini penting, lanjut Mulyanto, agar kecepatan dan pemerataan sebaran vaksinasi semakin proporsional sesuai dengan kebutuhan dan dapat terus ditingkatkan,

Untuk diketahui, dari sejumlah 173 juta vaksin impor yang tersedia, sebesar 85 persen didominasi oleh Vaksin Sinovac. Baru setelah itu Vaksin Astra Zeneca sebesar 8.6 persen. Sinopharm sebanyak 3.5 persen dan vaksin Moderna hanya 2.5 persen. Vaksin Pfizer masih nol persen.

Sampai tanggal 26 Juli 2021, jumlah orang yang telah divaksin dosis pertama sebanyak 45.5 juta orang atau 21.9 persen dari target. Sementara mereka yang telah menerima dosis lengkap sebanyak 18.6 juta orang atau sebesar 8.9 persen dari target.

Bila berdasarkan prosentase populasi sebagaimana dirilis Our World ini Data per (30/7), Indonesia baru memvaksinasi penduduknya sebesar 16.7 persen dari populasi. Kecepatan vaksinasi kita rata-rata masih di bawah 1 juta dosis per hari.

Sementara program vaksinasi di Malaysia dan Thailand masing-masing sudah mencapai 39.7 persen dan 17.6 persen populasi. Indonesia hanya sedikit lebih baik dibanding Vietnam. (mcr10/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler