Leluasa Ekspor Tanpa Dikenai Dumping

Senin, 22 Agustus 2011 – 08:14 WIB
JAKARTA - Setelah sempat terancam, industri kaca dalam negeri kembali bisa leluasa mengekspor ke Australia tanpa terkena tuduhan dumpingTuduhan tersebut kali kedua sejak akhir 2010 lalu

BACA JUGA: Lapangan Tiaka Kembali Beroperasi

Tahun lalu, Otoritas Anti Dumping Australia menyelidiki adanya margin dumping atas kaca produksi perusahaan indonesia.

Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan peninjuan kembali atas penghentian tuduhan dumping tersebut sudah mendapat jawaban
Tercatat, 8 Agustus lalu bea cukai Australia resmi menghentikan penyelidikan tersebut

BACA JUGA: Subsidi BBM Diusulkan jadi Dana Riil

Karena, mereka tidak menemukan injury terhadap industri dalam negeri di Australia.

"Dan, itu merupakan jawaban yang sama untuk kedua kalinya terhadap pendaftar petisi, yakni Viridian (perusahaan manufaktur bidang kaca di Australia, Red)," kata dia kemarin (21/8)
Kendati sudah resmi dinyatakan dihentikan, tapi perusahaan tersebut masih bisa melakukan sanggahan terhadap keputusan penghentian

BACA JUGA: Tiongkok Bidik Pasar Indonesia

Untuk penyampaian sanggahan dibatasi sampai 28 Agustus 2011.

Kali pertama, Otoritas Anti Dumping Australia melakukan penyelidikan atas dugaan dumping terhadap produk kaca asal Indonesia pada tahun laluSelain dari Indonesia, dugaan yang sama ditetapkan juga untuk kaca produksi Tiongkok dan ThailandBerdasar penyelidikan Otoritas Anti Dumping Australia dalam Statement Of Essential Fact Nomor 159 terhadap produk certain clear float glass menyebutkan margin dumping perusahaan indonesia sebesar 3,3 persen-30,3 persen.

Selama ini, porsi ekspor ke Australia terbilang rendah dibandingkan ke negara di Asia Tenggara, Jepang dan Timur TengahYakni, sekitar 2-3 persen dari total eksporNamun, pengiriman produk kaca ke Australia memiliki potensi yang besar.

Data Comtrade menyebutkan nilai ekspor produk certain clear float glass Indonesia ke Australia pada 2008 sebesar USD 10,6 juta dengan penguasaan pasar terbesar 27,4 persenUrutan berikut produk asal Tiongkok 24 persen dan Thailand 16 persenNah, 2009 lalu ekspor Indonesia ke Australia turun menjadi USD 6,1 juta dengan pangsa pasar di posisi kedua sebesar 21 persen disusul oleh RRT sebesar 24 persenSedangkan Thailand tetap di posisi ketiga sebesar 15 persen setelah Indonesia.

Selain itu, produk kaca dalam negeri juga dirasa bakal sulit berdaya saingDi antaranya pasokan gas dan listrik"Namun, peluang ekspor mungkin kerkendala karena terus terbebani masalah energi, yakni pasokan gas yang kadang-kadang bermasalah dan harganya akan naikSerta TDL yang direncanakan naik," ujarnya(res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... APBN Berpotensi Dikorupsi Sejak Masih Disusun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler