Kudeta Zimbabwe

Lepas dari Mugabe, Masuk ke Mulut Buaya

Kamis, 23 November 2017 – 11:45 WIB
Emmerson Mnangagwa (kuning) bergandengan dengan Robert Mugabe. Foto: AFP

jpnn.com, HARARE - Sang buaya, Emmerson Mnangagwa, akhirnya muncul ke permukaan. Setelah keberadaannya sempat tidak diketahui setelah dipecat Presiden Zimbabwe Robert Mugabe awal bulan lalu, Rabu (22/11) kemarin, sekitar pukul 18.00 waktu setempat dia dijadwalkan mendarat di Pangkalan Udara Manyame, Harare, Zimbabwe.

Mnangagwa tidak hanya pulang dari pelarian. Dia juga datang sebagai pengganti Mugabe yang akhirnya bersedia mengundurkan diri.

BACA JUGA: Merdekaaa! Mugabe Lengser, Rakyat Menari di Jalan

Pemecatan pria 75 tahun itulah yang memicu kisruh politik di Zimbabwe. Mnangagwa dijuluki buaya karena insting politiknya tajam. Dia menunggu dengan sabar, lalu menyerang dengan cepat.

Tampaknya, tekanan terhadap Mugabe untuk segera mundur merupakan salah satu bukti ketajaman strategi politik Mnangagwa. Rencananya, Mnangagwa dilantik sebagai orang nomor satu di negara bekas koloni Inggris tersebut besok.

BACA JUGA: Mugabe Akhirnya KO, Pilih Mundur sebelum Dimakzulkan

Namun, banyak pihak yang menilai bahwa Zimbabwe tidak akan banyak berubah di bawah kepemimpinan Mnangagwa. Dia dianggap sama kejinya dengan Mugabe dan terseret dalam beberapa pelanggaran HAM.

Mnangagwa terlibat dalam pemusnahan para pemberontak pada pertengahan 1980-an yang mengakibatkan sekitar 20 ribu warga sipil tewas. Saat itu Mnangagwa bertugas sebagai kepala keamanan dalam negeri.

BACA JUGA: Di Ambang Pemakzulan, Presiden dan Ibu Negara Dipecat Partai

’’Masa lalu yang gelap itu tidak bakal menghilang begitu saja. Mereka akan mengikutinya seperti segumpal permen karet yang menempel di sepatunya,’’ ujar Piers Pigou, konsultan senior International Crisis Group untuk wilayah Afrika.

”Emmerson Mnangagwa tidak beda jauh dengan Mugabe. Dia haus kekuasaan, korup, dan gemar merepresi rakyat. Dia bahkan jauh lebih keji,” kata Peter Fabricius, pengamat politik dari Afrika Selatan.

Apa pun itu, penduduk tetap saja bersukacita. Bagi mereka, yang terpenting saat ini adalah lepas dari Mugabe dan mendapat pemimpin baru. Mereka sudah lelah menderita selama tiga dekade kepemimpinan suami Grace tersebut.

Mugabe mengirimkan surat pernyataan pengunduran dirinya pada Selasa (21/11) kepada parlemen. Surat itu dikirim ketika parlemen memulai pemakzulan Mugabe.

’’Saya memutuskan mundur secara sukarela dan didasarkan kekhawatiran saya atas kemakmuran rakyat Zimbabwe dan keinginan untuk memastikan transfer kekuasaan yang damai dan tanpa kerusuhan,’’ tulis Mugabe dalam penggalan surat pengunduran dirinya.

Setelah pengunduran diri tersebut diumumkan, banyak warga yang menari di jalan, membunyikan klakson mobil, dan menunjukkan berbagai luapan kegembiraan lainnya. Beberapa penduduk menjuluki hari mundurnya Mugabe sebagai Hari Kemerdekaan.

’’Sejak dilahirkan, saya tidak pernah berpikir bahwa saya bakal melihat hari ini,’’ ucap penduduk Harare, Anthony Mutambirwa. (Reuters/Al Jazeera/CNN/sha/c14/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrasi Berbulu Domba dan Para Diktator Zaman Now


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler