KULONPROGO – Tingginya jumlah penderita penyakit leptospirosis di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten KulonprogoSampai-sampai, penyakit yang disebakan oleh air kencing tikus ini dibawa dalam rapat kerja bupati
BACA JUGA: Bupati Temanggung Keluhkan Pemberitaan Media
Kesimpulannya, penyebaran penyakit ini harus segera dihentikan.Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo, Lestaryono menegaskan, penyebaran penyakit leptospirosis tersebut harus segera dihentikan, karena jumlah penderitanya terus mengalami peningkatan
“Penyakit ini baru diketahui masuk Kulonprogo pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan jumlah pasien pada tahun 2010
BACA JUGA: Bertengkar di Laut, Suami Isteri Tenggelam
Hingga saat ini, penyebarannya juga masih tergolong cepat, bahkan pada tahun 2011 ini sudah terdapat 16 kasusBACA JUGA: Pemuka Agama Sepakati Perdamaian
Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Kulonprogo melakukan pengadaan alat pendiagnosa penyakit leptospirosis berupa Leptotek yang akan ditaruh di seluruh Puskesmas di Kulonprogo.
“Dengan bantuan alat Leptotek tersebut diharapkan dapat membantu proses diagnosa dan menunjang proses penyembuhan setiap pasien yang diduga terserang penyakit leptospirosis,” katanya.
Lestaryono menambahkan, tanpa alat Laptotek maka diagnosa leptospirosis sulit dilakukan karena gejalanya hampir mirip dengan flu biasa dan cikungunya“Pengadaan alat Leptotek itu segera dilakukan, kami masih menempuh prosedurnya karena menggunakan anggaran dari dana tidak terduga bupati,” ujarnya.
Dinkes juga sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan untuk memberantas penyebaran penyakit yang banyak disebarkan melaui kencing tikus tersebutDalam pelaksanaanya, Dinas Pertanian akan melakukan penanganan pada hama tikus
“Dinas Peternakan juga diimbau untuk melakukan surve terhadap hewan-hewan ternak yang diduga terkena penyakit leptospirosis,” katanya(c4)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembahasan Pemekaran di Gorontalo Masih Lama
Redaktur : Tim Redaksi