Letjen Doni Ingatkan Warga Jangan Menolak Tes Covid-19, Dampaknya Bisa Fatal

Minggu, 22 November 2020 – 18:15 WIB
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo. Foto: ANTARA/GALIH PRADIPTA

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo mengingatkan masyarakat untuk bekerja sama dalam memutus rantai penularan virus Corona. Sebab, risiko kematian akan semakin tinggi apabila pasien juga memiliki penyakit bawaan.

Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19 dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, ditemukan pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian nol persen, kategori sedang 2,6 persen, kategori berat 5,5 persen, dan pasien kategori kritis risiko kematiannya 67,4 persen.

BACA JUGA: Tegas, Letjen Doni Monardo Minta Tracing Semua Warga yang Berpotensi di Petamburan

Menurut Doni, kategori kritis adalah pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi. Tak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru.

"Jadi tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pelacakan kontak, penanganan kesehatan adalah sebuah kerja kemanusiaan," kata Doni dalam keterangan yang diterima, Minggu (22/11).

BACA JUGA: Warga Kota Solo Gelar Aksi Menolak Habib Rizieq, Sikap Polisi Tegas

Dia mengatakan bahwa tenaga kesehatan ingin memastikan gejala sakit yang diderita masyarakat bisa dikenali lebih awal. Demikian juga dengan semua pihak yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19.

"Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah karena memang mayoritas penderita Covid-19 adalah orang tanpa gejala," ujar Doni.

BACA JUGA: Atanius Tewas Ditembak, Sedangkan Manus Selamat Setelah Berpura-pura Mati

Satgas Penanganan Covid-19 ingin memperkecil risiko kematian akibat virus Corona dengan menjaga agar pasien tidak berpindah fase atau kategori sakit. Pasien sedapat mungkin tetap dengan gejala ringan sehingga lebih mudah disembuhkan.

“Ini adalah prioritas dokter dan tenaga kesehatan sekarang, apalagi dalam seminggu terakhir tingkat penularan cenderung meningkat," kata eks Komandan Paspampres itu.

Kasus baru Covid-19 di Indonesia pada Sabtu (21/11) tercatat ada pertambahan sebesar 4.998 orang dalam sehari. DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi penyumbang kasus positif yakni mencapai 1.579 atau 31,6 persen dari kasus nasional pascaterjadi berbagai peristiwa kerumunan di Ibu Kota.

Dengan pertambahan kasus pada Sabtu kemarin, maka total kasus infeksi Covid-19 nasional tercatat sebanyak 493.308 orang, di mana 413.955 atau 83,9 persen di antara sembuh. Sedangkan total pasien meninggal sebanyak 15.774 orang, bertambah 96 orang dibandingkan Jumat (21/11).

Doni menambahkan, salah satu cara memutus mata rantai penularan virus Corona adalah dengan melakukan pemeriksaan, pelacakan dan perawatan yang tepat kepada pasien yang tertular. Namun, hal itu tidak mudah karena terjadi penolakan di masyarakat.

Dia menduga fenomena penolakan itu terjadi karena masih berkembang stigma negatif di publik tentang penderita Covid-19, dan masyarakat takut divonis terinfeksi virus Corona.

"Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh. Di Indonesia sekarang angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif, jauh di atas kesembuhan dunia yang ada di level 69 persen," jelasnya.

Saat ini, Satgas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan daerah telah menurunkan lebih dari 5 ribu sukarelawan pelacak kontak untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 daerah prioritas. Namun upaya itu menghadapi kendala ketika sebagian masyarakat menolak untuk diperiksa.

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K Gintings menambahkan, timnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien. "Para pelacak kontak ini yang kini tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan," jelas dia.

Dia menegaskan, gerakan kesehatan berbasis kemasyarakatan nonpartisan, nondiskriminatif dan pro terhadap kehidupan penting dilakukan saat ini.

“Ini yang perlu ditanamkan sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman dan nyaman dan tidak dicurigai," tambah Alexander.(tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler