Sebuah badan amal di Melbourne telah bekerja untuk menghapus stigma yang melekat pada tunawisma, dengan membagikan cerita pribadi dari mereka yang tidur di jalanan.

Richard Carrie adalah seniman jalanan dalam arti sesungguhnya: selama delapan bulan terakhir, ia tidur begitu saja di jalanan Melbourne.

BACA JUGA: Angkat Kisah Korban, Diskusi Peristiwa 1965 di Bali Bantah Bahas Komunisme

"Hal yang paling sulit adalah tetap aman di malam hari, itu saja," katanya.

Ia menambahkan, "Hari saya baik-baik saja, seperti orang lain. Saya bangun dan melukis, saya mengamen."

BACA JUGA: Bahas Peristiwa 1965, Agenda Ubud Writers Festival 2015 Dibatalkan

Pria 39 tahun ini telah berjuang dengan kecemasan dan depresi, dan sulit untuk mempertahankan pekerjaan.

"Saya seorang pria yang cukup baik dan saya tak marah atau sejenisnya, tapi saya benar-benar terluka jika orang memberitahu saya apa yang harus dilakukan dengan pekerjaan, dan saya stres karena hal itu dan mengkhawatirkannya," tutur Richard.

BACA JUGA: Australia Siap Bantu Indonesia Atasi Kebakaran Lahan dan Kabut Asap

"Delapan puluh persen dari tunawisma yang Anda lihat di sini di Melbourne memiliki masalah kesehatan mental. Ini bukan tentang mereka menjadi sampah atau malas atau kriminil atau pecandu narkoba - ini masalah kesehatan mental," sambungnya.


Richard Carrie tinggal dan bekerja di jalanan Melbourne.

Awal tahun ini, cerita hidup Richard diunggah pada sebuah laman Facebook dari organisasi ‘Homeless of Melbourne’, yang juga berbagi foto dan cerita pribadi dari mereka yang tidur di jalanan.

"Tanggapan yang benar-benar saya dapat setelah seminggu - saya kedatangan orang yang mengunjungi saya, memeriksa apakah saya baik-baik saja, hanya ngobrol," kata Richard.

"Itu membuat Anda merasa seperti manusia normal, itu yang menakjubkan," akunya.

Berbagi cerita untuk hapus stigma

Organisasi ‘Homeless of Melbourne’ berdiri ketika Nick Pearce dan Marcus Crook bertemu pada acara amal bersepeda di luar negeri.

"Marcus datang ke saya pada suatu malam dan mengatakan, 'Sobat, aku benar-benar tertarik untuk melakukan sesuatu di tanah air, bagaimana menurutmu jika berbicara dengan beberapa orang tunawisma?',” ujar Nick.

Marcus mengatakan ide itu lahir dari rasa ingin tahu.

"Saya pernah bekerja di kota untuk beberapa waktu dan benar-benar ngobrol dengan orang pada istirahat makan siang dan hal-hal seperti itu, hanya karena rasa ingin tahu saya pikir," ungkapnya.

Ia lantas berujar, "Ada semakin banyak orang yang duduk bersama di Swanston Street dan Bourke Street Mall belakangan ini.”

"Saya hanya merasa bahwa cerita ini perlu untuk dibagikan dan orang-orang perlu untuk menyadari bahwa bukanlah stigma [dan stereotipe], seorang tunawisma itu pecandu narkoba atau alkohol,” terangnya.

"Jika seseorang berhenti dan mengatakan Halo, itu bisa mengubah hari seseorang," tambahnya.

Ide ini telah berkembang dari sekedar berbagi cerita ke aksi dukungan.

Organisasi ‘Homeless of Melbourne’ kini mengoperasikan toko kecil-kecilan, Homie, di Melbourne Central, menjual pakaian bagi orang-orang yang mengalami tunawisma.

Ketika pelanggan membeli kaos seharga 40 dolar (atau sekitar Rp 400 ribu), mereka juga membeli satu set barang penting untuk disumbangkan di salah satu hari VIP toko tersebut.

Pengalaman belanja yang beda

Pada hari tertentu itu, Homie ditutup untuk pelanggan.

Sebaliknya, toko menyambut tunawisma, dan penghuni rumah singgah.

Steven Duncan telah mengunjungi toko ini sejak pertama kali dibuka.

"Para pekerja di sini benar-benar baik - itu tak hanya tentang pakaian gratis, orang-orang datang untuk berbicara," katanya.

Ia sangat tertarik dengan ide untuk menghilangkan stigma seputar tunawisma.

"Orang yang tidur di jalan tak berarti bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah atau bahwa mereka orang jahat," sebutnya.

Ia mengatakan, "Kebanyakan orang tunawisma membutuhkan teman yang tak menghakimi mereka. Jika Anda jatuh, seseorang akan selalu mengangkat Anda.”

"Tak masalah jika Anda tak memiliki makanan, tak ada uang, tak punya apa-apa ... jika Anda jatuh karena kelaparan, dehidrasi, seseorang akan berada di sana untuk menjemput Anda dan membuat Anda lebih baik,” sambungnya.

"Dan seringkali hal yang paling menyedihkan adalah itu terjadi ketika anda jatuh dan tersungkur baru anda mendapatkan bantuan."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Bantu Tunawisma, Pekerja Kantoran Ini Banting Setir Jadi Tukang Cukur

Berita Terkait